July 30, 2013

PENDENGAR YANG BAIK 2

0 komentar

Sebelumnya dalam "Pendengar yang Baik" kita sempat membahas tentang menjadi berkat lewat mendengar. Apakah kita sudah lebih mempraktekkannya sekarang? Kalau belum atau kalau Anda merasa kesulitan, jangan menyerah. Tetaplah belajar untuk menjadi seorang pendengar yang memberkati.

Dianggap sebagai salah satu seni, berikut ini adalah beberapa segi lain yang perlu kita ketahui tentang "mendengar". Pertama, untuk menjadi pendengar yang baik, kita harus belajar menguasai diri. Ada kalanya ketika kita mendengar seorang teman berbicara, ada dorongan yang kuat untuk kita ikut berbicara. Namun, entah itu alasannya mengoreksi, memberi contoh nyata, atau memberi solusi, kita tetap harus mendahulukan teman kita itu untuk berbicara. Kedua, menjadi pendengar yang baik berarti kita fokus. Saat seseorang bercerita/berbicara kepada kita, usahakan untuk tetap fokus dan menunjukkan keseriusan kita untuk mendengar, baik lewat kontak mata, sikap tubuh, anggukan, atau respon positif lainnya). Usahakan untuk tidak melakukan hal-hal (menulis, bermain hp, atau hal lain) yang memberikan kesan bahwa kita sedang tidak memperhatikan teman kita.

Ketiga, seorang pendengar yang baik umumnya memiliki banyak teman atau disukai banyak orang. Jika kita berhasil menjadi pendengar yang demikian, jangan kaget bila akan lebih banyak orang yang curhat kepada kita. Kenapa? Karena mereka merasa nyaman dengan kita, dan karena kebanyakan orang memang lebih suka didengarkan. Keempat, seorang pendengar yang baik bisa menjaga rahasia. Ada banyak kasus di mana hubungan itu retak atau bahkan hancur karena sedikit sekali orang yang bisa menyimpan rahasia. Ingatlah bahwa orang yang bisa dipercaya akan menerima lebih banyak kepercayaan. Jadi jika kita tidak bisa menyimpan rahasia, orang akan menganggap kita tidak layak dipercaya, dan akan sulit bagi mereka untuk bisa mempercayai kita lagi.

Kalau ingin dibahas lebih dalam, masih ada hal-hal lain yang perlu kita pelajari dari mendengar. Namun sekali lagi, serumit atau sesulit apapun itu, firman Allah mengajak kita untuk lebih banyak dan menjadi berkat lewat mendengar. Jadi, mari Saudara-saudara, kita belajar untuk mendengar.

Bapa di sorga, bantulah aku sekali lagi untuk menjadi pendengar, bukan yang biasa-biasa saja, melainkan pendengar yang baik. Aku mau menjadi berkat lewat telingaku dan memperoleh banyak teman serta kepercayaan, terlebih lagi, aku mau menjadi pendengar yang menyenangkan hati-Mu.

Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;
Yakobus 1:19
Continue reading ...

July 29, 2013

OPERASI PLASTIK

0 komentar

Seorang wanita sedang dalam keadaan koma setelah mengalami pendarahan otak akibat kecelakaan yang baru dialaminya. Dalam kondisi tidak sadarkan diri, ia merasa dirinya di sebuah tempat di mana segalanya putih dan menyilaukan, hingga kemudian seseorang memanggil namanya.

"Rina?" sosok putih, indah, dan megah itu berdiri di belakang Nirina.
"Siapa yang memanggilku? Aku tidak bisa mengenalimu... engkau tidak menyilaukan bagiku hingga sulit untukkmu melihat wajahmu. Apakah engkau malaikat? Apakah aku ada di sorga?" tanya wanita itu dengan nada suaranya yang sedikit ketakutan.
"Aku memang malaikat, Rina, dan engkau memang ada di sorga... pintu sorga tepatnya. Hanya saja, aku belum menemukan namamu tertulis di daftar penghuni baru sorga hari ini. Di buku ini tertulis kalau kau masih bisa hidup 30 tahun lagi. Jadi, sekarang kembalilah ke bumi!"

Kata-kata terakhir malaikat itu langsung membuat Nirina tersadar dari komanya. Singkat cerita, ia sembuh, keluar dari rumah sakit, dan kembali pada aktivitas sehari-harinya. Hanya saja, kecelakaan yang menimpanya itu membuat wajah Nirina luka parah dan meninggalkan bekas luka yang begitu jelas serta "merusak" wajahnya. Hal itu membuat Nirina memutuskan untuk melakukan operasi plastik, dan hasilnya, Nirina yang sekarang jauh lebih cantik dan berbeda dari Nirina yang sebelumnya.

Tidak lama kemudian, saat berkendara, Nirina kembali mengalami kecelekaan lalu lintas yang membuatnya kembali koma, dan akhirnya meninggal.
(Di sorga.) "Kenapa aku ada di tempat ini lagi? Katamu aku masih hidup tiga puluh tahun lagi?" kata Rina kepada malaikat yang sama.
"Maaf, tapi apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Kamu memang pernah ke sini?" tanya malaikat itu kepadanya.
"Ini aku, Nirina! Beberapa waktu yang lalu aku kan sudah ke sini!!!" tanyanya kesal.
"Oh... ini kamu Rina?" Maaf ya. Habis kamu operasi plastik sih, makanya kupikir kamu orang lain!" sang malaikat sedikit merasa bersalah.
"%^%#&(()&^%@#%*$!!," Rina
Continue reading ...

July 28, 2013

SUMIMASEN

0 komentar
 
Berikut adalah pengalaman sederhana seorang penulis yang tidak saya kenal di negeri sakura.

Suatu ketika, ia memperhatikan jalanan dan melihat seorang nenek tua sedang berjalan di trotoar sambil mendorong sebuah troli berisi barang-barangnya. Nenek itu berjalan cukup pelan di tengah trotoar sampai seorang anak muda yang sedang mununtun sepeda tiba di belakangnya, hendak meneruskan perjalanan, namun terhalang oleh nenek itu dan trolinya yang berjalan lebih lambat di tengah trotoar.

Melihat kejadian itu, saya berpikir anak muda tadi akan membunyikan bel supaya nenek itu keberadaanya dan berjalan lebih ke tepi untuk memberinya jalan. Tapi ternyata tidak. Anak muda tadi tetap berjalan pelan di belakang nenek itu hingga akhirnya si nenek menyadari keberadaanya dan buru-buru menepi sambil berkata, "Sumimasen, gomen nasai."

Membaca kisah di atas, dan beberapa kisah lain yang serupa, saya merasa kagum dengan orang-orang negeri sakura. Dalam posisi anak muda di atas, mungkin kita akan berpikir bahwa kita memiliki hak yang sama seperti pengguna jalan lainnya, jadi kita berhak membunyikan bel atau memberikan tanda lain supaya nenek itu menepi (sadar bahwa dirinya sedang mengganggu kenyamanan/hak pejalan kaki lainnya). Akan tetapi, bagi orang Jepang, tetap sabar sampai orang lain menyadari bahwa apa yang mereka lakukan mengganggu hak orang lain (seperti apa yang dilakukan anak muda itu) sudah lebih dari cukup untuk membuat orang itu mengerti perasaan kita. Tanpa perlu ada kata-kata kasar atau tatapan dan sikap sinis, senyum dan diam saja bisa membuat kita belajar tentang perasaan orang.

Saya tidak tahu apakah cerita di atas membuat kita semua lebih belajar menghargai perasaan orang atau tidak, namun bagi saya kisah tersebut cukup membuat saya ingin belajar untuk lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan orang lain. Semoga bangsa kita menjadi bangsa yang tidak hanya ramah, tapi juga mau belajar untuk mengerti perasaan orang lain. ^ ^
Continue reading ...

July 19, 2013

PENDENGAR YANG BAIK

0 komentar

Banyak orang mungkin sudah mengetahui filosofi dasar dari 'kenapa Allah menciptakan manusia dengan satu mulut dan dua telinga'. Maknanya, tidak lain dan tidak bukan adalah supaya kita lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Akan tetapi, mengetahui saja tidaklah cukup. Masih banyak dari kita yang seringkali justru melakukan hal sebalinya, yaitu lebih banyak berbicara dari pada mendengar.

Saat teman datang kepada kita dan mencurahkan isi hatinya, apa yang sudah kita lakukan? Apakah kita sudah mendengarkan cerita, keluh kesah, dan curahan hati mereka baik-baik, ataukah kita yang sebaliknya lebih banyak berbicara, menasihati, mengajari, dan justru curhat kepada mereka?

Keinginan untuk diperhatikan dan menjadi pusat perhatian, atau setidaknya didengarkan, sudah melekat dalam diri kita masing-masing. Ada orang yang memilih untuk menyembunyikan atau tidak menonjolkan kebutuhan ini, namun ada juga yang secara terang-terangan melakukannya. Bagaimanapun bentuknya, setiap kita pasti merasa senang jika ada orang yang mau mendengarkan dan memperhatikan cerita kita. Di sinilah kita harus mengingat bahwa sebaliknya, orang lain pun ingin didengarkan dan diperhatikan.

Firman Tuhan mengajar kita untuk lebih cepat (lebih banyak) mendengar ketimbang berbicara. Ia ingin kita mendahulukan orang lain dari pada kepetingan kita sendiri. Kalaupun kita ingin memperoleh giliran berbicara, carilah waktu yang tepat, bukan ketika orang lain sedang membutuhkan telinga kita. Mari kita menjadi orang-orang percaya yang mau berlomba-lomba untuk menjadi telinga bagi orang lain, menjadi berkat walau dari mendengar saja.

Bapa, jadikanlah aku orang yang suka mendengar dan lambat untuk berkata-kata, apalagi marah. Jadikanlah aku berkat walau dengan mendengar, dan biarkanlah orang-orang melihat Engkau ada dalamku. Di dalam nama Tuhan Yesus, Amin.

Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetpi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;
Yakobus 1:19
Continue reading ...

July 18, 2013

TERIMA KASIH TUMPANGANNYA

0 komentar

Beberapa waktu lalu saya mengalami kesulitan keuangan. Saya harus menyesuaikan diri bekerja di tempat yang baru dan cukup jauh dari rumah saya. Saya berkomitmen untuk tidak terlambat ke tempat kerja, hanya saja saya cuma bisa mengandalkan angkutan umum untuk berangkat setiap harinya ke sana.

Seminggu pertama, saya tidak mendapati kesulitan berarti, baik dalam hal datang tepat waktu, maupun dalam perkerjaan saya yang baru. Saya juga masih punya cukup uang untuk bisa oper angkutan. Namun, beberapa waktu kemudian, ketika saya berangkat kerja seperti biasa, angkutan yang biasa saya naiki jam itu penuh. Dengan kata lain, saya harus menunggu angkutan berikutnya untuk bisa sampai ke tempat kerja. Saya melihat jam dan saya tahu saya tidak akan bisa sampai ke sana tepat waktu, apalagi saya masih harus oper angkutan lain yang kadang tidak kalah sulit diperoleh. Singkat cerita, hari itu, hari yang seharusnya menjadi momen yang penting dan spesial bagi saya, hari ulang tahun saya, saya justru datang terlambat ke kantor.

Sebagai anak baru, saya tidak tahu lagi apa yang harus saya perbuat. Konsekuensi keterlambatan saya tetap harus saya terima, dan keuangan saya semakin menipis saja setiap harinya. Akhirnya, saya memutuskan berangkat lebih pagi lagi (lebih baik saya tiba di kantor paling pagi, dari pada harus terlambat lagi). Dalam hati saya berdoa, "Tuhan, uang siapa yang harus saya pakai untuk tetap bisa naik angkot?"

Puji Tuhan, Tuhan itu tahu kebutuhan anak-anak-Nya. Rekan kerja saya yang belum lama saya kenal mau memberi saya tumpangan. Rumahnya berjarak 15-20 menit jalan kaki dari rumah saya, tapi saya sungguh bersyukur ia mau berbaik hati kepada saya. Bagi saya, tidak masalah harus berjalan kaki ke dan dari rumahnya, asalkan saya bisa sampai ke tempat kerja tepat waktu. Saya mengakui di hadapannya bahwa saya mungkin belum bisa memberi apa-apa untuk membalas kebaikannya sampai saya gajian nanti, namun ia tetap tidak keberatan. Sekali lagi, puji Tuhan, Tuhan itu baik.

Memberi tumpangan untuk orang lain mungkin adalah hal kecil untuk sebagian orang, namun itu adalah hal besar bagi sebagian orang lainnya, termasuk saya. Saya beryukur Tuhan memberikan apa yang saya butuhkan, tepat pada waktunya, lewat kebaikan hati yang mungkin sederhana di mata orang lain. Tuhan Yesus sungguh amat baik.
Continue reading ...

July 17, 2013

TANTANGAN UNTUK DITAKLUKKAN

0 komentar
Kamu bilang padang gersang, aku bilang bikin senang.
Kamu bilang jalan buntu, aku bilang mainan baru.
My life, my adventure.
Penggalan kalimat dari sebuah iklan rokok ini sangat berkesan bagi saya secara pribadi. Sekalipun diambil dari iklan rokok, teman saya tetap menjadikannya cover binder persekutuan remaja kami tahun 2009 lalu, yang masih saya simpan dan pakai hingga hari ini.

Kamu bilang padang gersang, aku bilang bikin senang... memberikan gambaran bahwa hidup harus dipandang dari sudut pandang yang sangat berbeda; bukan yang negatif, melainkan yang positif. Kamu bilang jalan buntu, aku bilang mainan baru... melatih kita untuk tidak lagi memandang hidup sebagai pilihan atau jalan yang sulit dan melelahkan untuk diambil, melainkan sebagai alat untuk membentuk kita menjadi pribadi yang teruji.

Rekan kerja saya pernah mengatakan, "Ini bukan rintangan, melainkan tantangan." Asal kita melihat segala kesulitan hidup sebagai tantangan (challenge), kita seharusnya terpacu untuk melaluinya dengan keyakinan bahwa ini adalah jalan untuk kita menjadi orang yang lebih baik, orang yang lebih maju, orang yang lebih kuat, orang yang lebih dari sekedar pemenang. Sebaliknya, jika kita melihat kesulitan hidup sebagai rintangan, kita akan selalu merasa seperti orang yang hendak dijegal dan dijatuhkan, seolah semuanya menginginkan kejatuhan kita, seolah kita ini bersalah dan layak untuk gagal.

Yesus memberikan teladan hidup-Nya agar kita melihat bahwa sekalipun ada banyak jalan yang mudah, Ia tetap memilih jalan yang sukar. Ia bisa saja memilih untuk mengampuni kita lewat perkataan dan firman-Nya, tapi tidak, Ia tahu bahwa kuasa penebusan memiliki kuasa yang berbeda dan hanya dengan kuasa itulah kita bisa lepas dari segala kuasa dosa. Ia memilih salib agar kita melihat bahwa Ia sanggup mengalahkan Iblis dan merebut kunci alat maut. Ia memilih penderitaan supaya kita belajar bahwa hidup yang kita jalani ini tidaklah berat, karena Ia sudah mengalami segalanya, dan sudah memenangkan segalanya.

Jadilah orang Kristen yang selalu melihat segalanya sebagai tantangan (challenge), atau peluang, untuk hidup yang berkemenangan di dalam Yesus Tuhan. Amin
Bapa, terima kasih untuk rencana-Mu yang bukan hanya menjadikanku ada di dunia, tapi juga untuk membentukku seperti yang Engkau mau. Aku mau tunduk terhadap rencana-Mu. Dalam nama Yesus, Amin.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Roma 8:28
Continue reading ...

July 16, 2013

MENJADI MANUSIA BARU

0 komentar

Apakah setelah menjadi orang Kristen, hidup kita mengalami perubahan?

Saya yang dulu, jika menghadapi masalah, pasti akan dipenuhi rasa kuatir, cemas, sedih, bahkan putus asa dan sulit bangkit untuk menjadi tegar. Akan tetapi, saya yang sekarang adalah orang yang baru, orang yang tidak sama lagi dengan yang dulu. Jika masalah datang, saya mungkin saja sedih dan muram, tapi saya akan memutuskan untuk terus-menerus ada dalam keadaan yang demikian; saya akan bangkit dan berusaha mengatasinya semampu saya, sambil terus berdoa.

Pernah satu kali, ketika nilai tesis saya tidak seperti yang saya harapkan, saya down selama berminggu-minggu. Saya marah dan kecewa, juga lelah melakukan hal-hal lainnya. Entah apa yang menghinggapi saya kala itu. Saya mengacaukan hidup saya sendiri hanya karena nilai yang tidak kekal dan bukan segala-galanya.

Sekarang, saya diperhadapkan pada dua pilihan... berhenti bekerja dan kehilangan penghasilan yang tidak terlalu banyak itu, lalu mencari pekerjaan lain dengan resiko penolakan yang lebih besar karena usia saya yang sudah di ambang batas; atau tetap di sana, ada penghasilan, namun hidup dalam kesalahan dan perasaan tidak damai sejahtera. Akhirnya, saya memilih untuk pamit baik-baik dari pekerjaan saya dan melamar pekerjaan lain. Namun, dalam kondisi yang demikian, Tuhan masih mengizinkan karakter saya diuji. Dalam kondisi tidak punya uang, atasan di tempat kerja saya yang lama masih meminta saya untuk melakukan ini dan itu. Rekan dan atasan saya yang lain yang juga resign tidak mau membantu, bahkan meminta saya untuk tidak mempedulikan permintaan itu. Akan tetapi, hati kecil saya tetap meminta saya untuk membantu, semampunya, dan itulah yang kemudian saya lakukan.

Dalam keadaan sulit itu, saya bersyukur karena Tuhan berbicara kepada saya dan saya memilih untuk mendengarkan-Nya. Sambil tetap menunjukkan itikad baik untuk membantu, Tuhan memberikan saya pekerjaan baru, kepercayaan baru, dan berkat-berkat lain yang tidak saya duga dan bayangkan. Saya bersyukur karena saya tidak menjadi diri saya yang dahulu. Saya bersyukur karena Tuhan tidak membiarkan saya down dan menghadapi masalah dengan cara saya yang dulu. Segala syukur dan glori hanya bagi Tuhn Yesus Kristus.
Continue reading ...

July 15, 2013

HIDUP UNTUK MEMBERI

0 komentar

Siapa di antara kita yang tidak senang jika menerima sesuatu yang baik? Saya rasa tidak ada orang yang akan menolak pemberian yang baik. Di sinilah nikmatnya menerima, kita bisa memperoleh sesuatu tanpa perlu banyak usaha. Akan tetapi, apakah ini bisa disebut seimbang? Kalau ada siang dan malam, ada cerah dan hujan, ada tangis dan tawa, berarti ada menerima dan ada?

Memberi adalah penyeimbang yang tepat untuk kata "menerima", hanya saja prakteknya terkadang lebih alot dari sekedar menerima. Kenapa demikian? Ketika kita menerima, kita merasa pundi-pundi kita bertambah; kita senang dong! Sebaliknya, saat kita memberi, kita terkadang merasa ada yang hilang atau berkurang dari pihak kita. Selain itu, memberi seringkali menuntut kita untuk mengorbankan sesuatu, entah itu tenaga, waktu, pikiran, uang, dll. Jadi, tidak heran jika lebih banyak orang yang lebih suka menerima dari pada memberi.

Jika kita belajar dari Paulus, kita justru akan banyak belajar tentang memberi. Kalau orang lain menginginkan pengakuan, ketenaran, kemakmuran, atau harta dari kehidupan, maka Paulus lebih suka hidupnya digunakan untuk Kristus. Kekayaan dan kenyamanan hidup tidak berarti bagi Paulus jika ia tidak menyelesaikan tugas pelayanan yang dipercayakan kepadanya. Luar biasa, bukan? Di saat dunia mengejar kenyamanan, Paulus justru memilih jalan yang tidak mudah, yaitu melayani Tuhan.

Kita orang Kristen tidak dilarang untuk bekerja keras dan menerima hak kita, yaitu hidup yang lebih nyaman, lebih baik. Akan tetapi, jangan lupa bahwa hidup kita tidak sebatas di dunia ini saja. Allah ingin kita memberi untuk Dia, untuk kehidupan yang sesungguhnya, untuk kekekalan. Jadi, jangan menjadi orang Kristen yang lupa dengan tujuan kita di dunia, yaitu untuk memberitakan tentang Allah yang telah menebus kita dan untuk memberkati dunia dengan kehadiran kita.

Bapa, terima kasih untuk firman-Mu yang mengingatkanku tentang arti sesungguhnya dari hidup, yaitu untuk memberi. Pimpinlah aku untuk memberi hidup ini bagi-Mu dan sesamaku, ya Bapa, dan tidak melulu memikirkan kepentingan diri sendiri. Di dalam nama Tuhan Yesus, Allah dari hati yang suka memberi, Amin.

Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.
Kisah Para Rasul 20:24
Continue reading ...

July 14, 2013

MENGGENGGAM HIDUP

0 komentar

Seorang pemburu harta karun sedang menantang maut. Ia tergantung di atas terbing tinggi dan nyaris kehilangan keseimbangan di atas sana. Sambil tetap menenteng ransel berisi harta karun yang ditemukannya, ia sadar bahwa talinya tidak lagi sanggup menahan beratnya. Ia harus memutuskan untuk membuang ransel penuh dengan harta di punggungnya agar bisa bertahan dan selamat, atau mempertahankannya hingga talinya putus dan ia pun kehilangan nyawa.

Hidup terkadang menghadapkan kita kepada pilihan-pilihan. Ada kalanya kita tidak dapat mempertahankan dua keadaan sekaligus dan berharap kedua-duanya berakhir dengan baik. Akan tetapi, demikianlah hidup... segalanya tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan.

Ada satu contoh jelas di mana kita harus memilih; hidup secara duniawi atau sorgawi. Kalau kita memilih kekayaan, ketenaran, status, pengakuan, dan sejenisnya, maka akan sulit bagi kita untuk mengalami kehidupan sejati yang dijanjikan oleh Kristus. Ketamakan yang menguasai hati kita membuat kita sulit mengalami kemerdekaan yang sesungguhnya dikarenakan oleh kehampaan yang kita peroleh dari dunia. Akan tetapi, jika kita memilih untuk melepaskan genggaman kita dari hal-hal tersebut, kita akan melihat sisi lain dari hidup; kita akan tahu apa artinya bebas mengikut Kristus.

Bapa, tunjukkanlah kepadaku cara menikmati hidup yang sesungguhnya. Bantulah untuk rela melepaskan hal-hal yang tidak lebih penting dari kekekalan bersama-Mu. Ajarkanlah aku untuk hidup dengan merdeka, hanya untuk-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.

Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Matius 10:39
Continue reading ...

July 12, 2013

TUHAN, AMPUNI AKU

14 komentar

Tuhan, ampuni aku...
Kenapa aku begitu mudah menipu,
kenapa kebohongan begitu mudah keluar dari mulutku?
Aku bersalah kepada-Mu, hanya kepada-Mu

Tuhan, ampuni aku...
Kenapa aku begitu munafik,
mencari-cari kesalahan orang namun tidak melihat kesalahan sendiri?
Aku bersalah kepada-Mu, hanya kepada-Mu

Tuhan, ampuni aku...
Ampuni hatiku yang penuh dengan onak duri,
ampuni hatiku yang begitu mudah sekali mendengki
Seolah tak kuasa menahan dosa, aku justru sudah menyakiti hati-Mu

Tuhan, ampuni aku...
Ampuni pikiranku yang bergelut dengan hal-hal tak suci,
ampuni pikiranku yang penuh dengan hal-hal yang Kau benci
Seolah tak kuasa menghadang dosa, aku justru mendukakan-Mu

Tuhan, ampuni aku, ampuni aku...
Kepada siapa aku memohon ampun jika tidak kepada-Mu?
Kepada siapa aku meminta pemulihan jika tidak dari-Mu?
Bukan persetujuan yang aku cari, melainkan belas kasihan-Mu

Tuhan, ampuni aku, ampuni aku...
Kerjakanlah pemulihan yang benar-benar baru dalamku,
supaya aku tidak lagi berjalan menghampiri dosa lagi
Bukan toleransi yang aku cari, melainkan pemulihan-Mu

Aku tahu Kau benci kepada dosa-dosa yang ada dalam diriku
tapi aku juga tahu Kau punya hati yang sanggup mengubahkanku
Bukan permakluman yang aku cari,
karena itu kerjakanlah keadilan-Mu dalam hidupku

Aku bersedia menerima konsekuensinya,
tapi jangan pernah meninggalkan atau mengabaikanku
Aku rela menerima ganjarannya,
tapi jangan pernah lelah dan menyerah terhadapku

Bentuk aku dengan keadilan-Mu, Bapa
hanya itu yang aku mau
Pulihkan dan jadikanku indah, Bapa
seperti yang Engkau mau

Tuhan, ampuni aku

Continue reading ...

July 08, 2013

HIDUP ITU SINGKAT

1 komentar

70 tahun, kalau Tuhan izinkan bisa sampai 80 tahun. Hidup itu panjang juga ya? 70 tahun di dunia, merasakan pahit dan manisnya cinta, mencicipi asam garam kehidupan, juga pedas dan gurihnya wisata kuliner (bermacam-macam rasa membuat saya langsung ingat makanan ^ ^). Tetapi, jika tahun-tahun itu dilalui, akan ada semacam perasaan bahwa waktu berlalu begitu cepat, benar tidak? Kemarin seolah baru merayakan tahun baru, eh sekarang sudah tahun baruan lagi. Kemarin kayaknya baru saja merayakan natal, eh sekarang sudah siap-siap susun panitia natal lagi. Di sinilah kita akan merenungkan satu pernyataan, yaitu bahwa hidup  itu singkat tidak peduli berapa lama kita hidup.

70 tahun hanyalah satu titik kecil dari "garis" kekekalan Allah. Apa yang kita anggap lambat, tidaklah ada artinya di hadapan Allah. Ia mempercayakan kepada kita yang kecil ini, satu titik dari kekekalan-Nya supaya kita belajar arti hidup yang sebenarnya, supaya kita mempersiapkan diri untuk berlama-lama dalam kekekalan-Nya.

Hidup itu singkat dan ini adalah kenyataan. Jangan hidup seolah-olah kita masih punya banyak waktu untuk melakukan ini dan itu, dan jangan tertipu oleh waktu. Hiduplah seolah Anda hidup hanya untuk hari ini - bukan berarti Anda menghabiskan semua tabungan Anda hari ini juga, atau melakukan segala yang Anda suka atau inginkan hari ini juga, melainkan hiduplah untuk melakukan apa yang Allah ingin Anda lakukan hari ini. Jika kita melakukannya, maka kita akan selalu siap kapanpun Allah memanggil kita pulang.

Bapa di sorga, ajarlah aku untuk hidup dengan bijaksana, sebagaimana Engkau ingin aku hidup. Aku tidak tahu berapa lama waktu yang Kauberikan kepadaku di dunia, namun aku ingin memberikan hidup ini hanya bagi-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, alasan untukku hidup. Amin

... Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
Yakobus 4:14b
Continue reading ...

July 07, 2013

MELIHAT SEPERTI YESUS MELIHAT

1 komentar

Seorang kusta datang kepada Yesus. Ia berlutut dan memohon, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Apakah Yesus mengusir atau menjauhkan diri darinya? Yang mengejutkan adalah, tidak... Ia justru penuh dengan belas kasihan dan berkata, "Aku mau." (Markus 1:40-41)

Berdasarkan Imamat 13, 14, kusta adalah penyakit yang tergolong najis. Oleh karena itulah para pemimpin Yahudi melarang siapapun berhubungan dengan orang kusta karena mereka juga bisa dianggap najis. Tidak heran jika waktu itu orang kusta dijauhi, dikucilkan, kalau perlu dilempari batu agar tidak mendekati penduduk setempat. Herannya, Yesus tidak melakukannya. Alkitab mengatakan Ia justru dipenuhi dengan belas kasihan dan mau menunjukkan kasih-Nya kepada salah satu orang kusta itu. Lho, kok bisa ya?

Orang bisa saja cacat fisiknya atau biasa saja parasnya, akan tetapi nilai batiniah semua orang adalah sama di hadapan Allah. Yesus merasakan dengan belas kasihan kepada orang kusta karena inilah yang dilihatnya, bahwa mereka sama bernilainya di hadapan Allah. Tapi, tahukah kita bahwa dalam beberapa hal kita juga seperti orang kusta? Dosa telah membuat kita cacat dan rusak, akan tetapi Bapa mengasihi kita tanpa melihat semuanya itu; hati-Nya justru penuh dengan belas kasihan kepada kita. Kasih-Nya telah menjadikan kita orang-orang yang berhak mendapat kesempatan untuk disembuhkan dan dipulihkan.

Mari kita belajar dari Yesus yang tidak menilai orang dari penampilan fisik. Mari kita juga mengucap syukur atas kasih Bapat yang tidak ternilai, yang mau menerima segala cacat dan keburukan kita. Apapun yang kita alami hari-hari ini, yakinlah bahwa Ia sanggup memulihkan dan memberi kita kesempatan untuk "disembuhkan".

Bapa, terima kasih untuk kasih-Mu yang melimpah atasku. Terima kasih karena Engkau memandangku berharga dan bernilai bagi-Mu. Terima kasih telah menerimaku dengan segala keadaanku. Dan, terima kasih karena sudah memberiku kesempatan untuk dipulihkan. Berikan kepadaku hati untuk melihat orang lain seperti cara-Mu melihatku. Sekali lagi, terima kasih, Bapa. Inilah doa ucapan syukurku kepada-Mu. Amin

Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."
Markus 1:41
Continue reading ...

July 06, 2013

KASIH ADALAH YANG UTAMA

1 komentar

Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepada-Nya: "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?" Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia. (Matius 12:10)

Hari itu, lagi-lagi orang Farisi ingin menjebak Yesus. Melihat apa yang dilakukan murid-murid Yesus di hari sabat justru menjadi bahan bagi mereka untuk mencari-cari kesalahan dari Yesus agar bisa mempersalahkan-Nya.

Saya merasa tidak ragu dengan pengetahuan Taurat yang dimiliki oleh orang-orang Farisi. Taurat adalah keahlian mereka, karena itulah banyak yang menganggap mereka guru dan kalangan terhormat. Saya rasa mereka juga lebih tahu tentang sabat. Hari apa itu, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan di hari itu, dan seterusnya. Akan tetapi, kesalahan mereka adalah, mereka menganggap aturan lebih berharga daripada kasih. Maka benarlah Yesus ketika ia menjawab: "Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya?" (ayat 11b)

Ada orang-orang Kristen yang ahli dalam hal Alkitab dan peraturan-peraturan. Itu bukan hal buruk, malah justru hal yang baik. Akan tetapi, Yesus ingin kita menempatkan kasih di atas segala peraturan dan hukum karena itulah inti dari segala hukum Allah; mengasihi Allah dan sesama. Jika kita membahas masalah ini lebih jauh, maka tidak sedikit dilema yang akan kita temukan ketika kita harus menerapkan hukum dan kasih. Karena itu, mari kita belajar kepada Allah dan minta hati seperti hati-Nya.

Saya adalah orang yang yakin bahwa Allah salut kepada kita yang taat kepada Taurat, tidak bercela bahkan. Akan tetapi, saya juga orang yang sangat yakin bahwa Allah menghendaki kasih di atas segala hukum yang ada. Jadi, dahulukanlah kepentingan orang lain ketimbang kepentingan pribadi dan sekali lagi, mintalah hati Allah untuk menjadi bekal hikmat kita selama di dunia, supaya kita tahu, wujud kasih seperti apa yang Ia harapkan dari kita.

Bapa, ampuni aku yang seringkali tidak mengerti isi hati-Mu. Renungan hari ini sungguh mengingatkanku akan kasih-Mu. Bapa, berikanlah aku hati seperti hati-Mu yang tahu untuk menimbang apa yang berkenan di hadapan-Mu. Jangan biarkan aku menempatkan hal-hal lain di atas kasih, seperti yang telah Kauteladankan kepadaku. Di dalam nama Tuhan Yesus, Amin.

Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan,
Matius 12:7b

Continue reading ...

July 05, 2013

PERSIAPKAN YANG TERBAIK

0 komentar

1 Tawarikh 9:22-32 memberikan gambaran kepada kita tentang apa yang dikerjakan oleh bani Lewi untuk ibadah. Ketika membacanya saya merasa begitu takjub. Semua anggota suku menerima tugas-tugas yang berbeda untuk ibadah dan bait Allah. Tugas sebanyak itu dengan orang sebanyak itu; saya pribadi membayangkan betapa luar biasanya jika saya bisa melihatnya dengan mata kepala saya sendiri, bagaimana orang-orang yang dikhususkan mempersiapkan diri untuk Allah.

Kita yang tergabung dengan gereja lokal mungkin sudah terbiasa dengan bentuk pelayanan yang ada di gereja masing-masing. Ada yang mungkin polanya masih sederhana, ada juga yang bisa dikatakan pro karena tidak kalah dengan persiapan yang dilakukan oleh suatu perusahaan besar dengan sistem-sistemnya. Bagaimanapun bentuknya, kita berharap semua dilakukan dengan hati yang sungguh untuk Allah.

Dengan banyaknya bentuk tugas/pelayanan yang ada di gereja, jangan lupa bahwa kita sedang melayani Allah semesta alam. Jadi, bagaimanapun kecilnya gereja kita, kita akan melakukan yang terbaik yang kita bisa. Atau, bagaimanapun besarnya gereja kita, kita tetap memiliki hati hamba dan melakukan segalanya hanya untuk menyenangkan hati Allah. Bukankah bani Lewi saat itu hidupnya sepenuhnya diberikan kepada Allah? Inilah yang Allah inginkan dari kita. Entah kita full timer atau bukan, Allah ingin ibadah yang dikhususkan bagi-Nya dipersiapkan dengan baik oleh orang-orang yang dikhususkan juga.

Secara pribadi, kita juga wajib mempersiapkan ibadah "pribadi" kita kepada Allah. Karena apa? Karena kita adalah baitnya Allah. Yang pasti, Allah juga ingin kita mempersiapkan hati dan hidup yang terbaik untuk dibawa dalam ibadah kita kepada-Nya. Ia tidak akan mau jika hidup kita tidak karuan dan terus tinggal dalam kenajisan dan dosa. Ingatlah, Allah kita Allah semesta alam. Ia berhak menerima yang baik, bahkan yang terbaik dari kita. Persiapkan segalanya sebagaimana kita sudah dipilih menjadi imamat rohani zaman ini.

Allah Bapa di sorga, Allah semesta alam, penguasa segalanya, jadikanlah aku bait-Mu, dan akan kubangun mezbah bagi-Mu. Aku mau memberikan yang terbaik karena hanya Engkau yang layak menerima semua itu. Berkatilah gereja-Mu, dalam hal ini gereja lokal di mana aku dibentuk, dan khususkanlah kami sehingga kami tahu untuk mempersiapkan baik-baik segala pelayanan kami kepada-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus, Amin.

Tetapi kepada suku Lewi Musa tidak memberikan milik pusaka: TUHAN, Allah Israel, Dialah yang menjadi milik pusaka mereka, seperti yang dijanjikan-Nya kepada mereka.
Yosua 13:33
Continue reading ...

July 04, 2013

BERSANTAI, BUKAN BERMALAS-MALASAN

0 komentar

Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami. Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu. Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti. Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.
-- 2 Tesalonika 3:6-10 --

Ayat kita hari ini telah memberkati saya terlebih dahulu secara pribadi. Saya menilai diri saya pekerja keras, sekalipun hasilnya tidak besar, tapi saya bahagia dan merasa berharga karena apa yang bisa saya kerjakan. Akan tetapi, saking kerasnya bekerja, saya tidak sadar bahwa telah mendobel-dobel pekerjaan; di sana bekerja, di sini bekerja. Sampai tiba saat di mana saya merasa benar-benar jenuh dan berpikir untuk pensiun. Bukan karena saya sudah tua atau karena saya sudah punya cukup simpanan untuk pensiun, tapi karena saya merasa lelah bekerja.

Akhirnya, tibalah kesempatan itu ... saya memutuskan untuk cuti panjang. Cuti kali itu benar-benar panjang, ada hampir satu tahunan. Awalnya, saya menikmati waktu bersantai saya, tapi kemudian saya jadi kebiasaan. Nyantai menjadi keseharian saya; bangun, mandi, makan, nonton tv, tidur, makan lagi, nonton lagi... itulah yang terjadi sehari-hari. Secara tidak sadar, saya membuat diri saya, malas.

Begitu saya sadar, saya merasa jauh ketinggalan, seolah hampir tidak mungkin untuk bekerja kembali dan memiliki hidup yang disiplin lagi. Saya sudah keenakan. Untungnya, saya tidak semakin terpuruk, Tuhan mengizinkan tugas-tugas baru mengisi hari-hari saya. Di sini saya belajar, jangan gila kerja, juga jangan terlalu santai, sampai lupa untuk bekerja. Di sini saya belajar bahwa hal-hal yang berlebihan tidaklah menyehatkan. Di sinilah saya belajar bahwa Tuhan hanya memberkati mereka yang rajin.

Jadilah teladan dalam pekerjaanmu. Sesederhana apapun itu, kita akan lebih dihargai oleh manusia, bahkan Allah, karena tidak ada yang tidak suka orang rajin. Tuhan Yesus memberkati
Continue reading ...

July 03, 2013

BELAJAR DARI KRITIKAN

1 komentar

Pernahkah Anda dikritik? Saya pernah, beberapa kali malah. Mulai dari kritikan halus, dengan bahasa yang nyaman di hati dan telinga, sampai kepada kritikan yang nylekit, puedesnya minta ampun baik di hati maupun di telinga, di depan banyak orang lagi. Lalu, apa yang terjadi setelah itu?

Menerima kritikan bukanlah hal yang mudah. Bagaimanapun kita bersiap diri terhadap sebuat kritikan, tetap saja, seolah ada irisan luka di hidup kita, besar atau kecil. Bagaimana sikap kita saat menerimanya? Salah satu hal yang ingin diketahui seorang kritikus adalah reaksi kita saat menerima kritikan. Ia pasti ingin tahu bagaimana kita bersikap untuk menanggapinya. Entah kritikan itu benar atau dibuat-buat, entah tujuannya untuk menasihati, menegur, atau mencela, entah kritikan itu berasal dari atasan, rekan sekerja, atau bawahan kita, yang pasti ada hal baik yang Tuhan ingin kita pelajari darinya.

Ketika kita dikritik, jangan sampai kita emosi, lalu membatah atau melawan balik. Kenapa? Tuhan Yesus ingin kita belajar sabar dan menahan diri. Selain itu, Ia pasti ingin kita mendengar terlebih dahulu isi dari kritikan itu, apakah itu akibat dari kesalahan atau kekurangan kita, atau bagaimana? Yang pasti, dengarlah dahulu baik-baik, dengan tidak terburu emosi. Dalam kondisi kepala dingin, kita akan lebih sering melihat bahwa kritikan itu sebagian benar, dan bahwa ada hal-hal yang perlu kita perbaiki di kemudian hari. Kalaupun kita merasa itu tidak benar dan kita merasa dituduh, tetaplah tenang karena kita punya Tuhan yang tidak tuli ataupun tidur. Sebaliknya, dalam keadaan emosional, situasi yang mungkin akan lebih panas; kita tidak mendapat apapun untuk dipelajari kecuali pandangan yang lebih buruk tentang kita.

Kalau kita merasa kita bukan orang yang sabaran, mintalah kepada Tuhan untuk memberikan kita kemampuan untuk menahan emosi. Dengan belajar untuk menerima kritikan, kita akan melihat bahwa Tuhan sedang membentuk kita untuk menjadi orang yang lebih baik di hadapan-Nya. Ia melatih kita untuk bersabar dan menguasai diri lewat situasi semacam ini. Selain itu, Ia juga melatih kita untuk menjadi hamba yang benar-benar berhati hamba. Bukankah dalam pelayanan kita disebut sebagai pelayan? Jadi, anggaplah kritikan itu sebagai bentuk kedisiplinan Allah, Majikan Besar kita. Intinya, ada pelajaran besar di balik setiap kritikan yang kita terima. Nah, sekarang, bersediakah kita dikritik?

Bapa, ampunilah aku yang seringkali tidak mau mendengar kritikan. Berikanlah aku hati dan telinga seorang hamba dalam segala situasi yang harus kuhadapi. Saat aku berdoa kepada-Mu, "Bentuklah aku," maka seharusnya aku tahu bahwa kritikan adalah salah satu cara-Mu untuk membentukku. Bapa, sekali lagi, jangan pernah tinggalkan aku karena aku sungguh memerlukan-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.

Jikalau si pencemooh kaupukul, barulah orang yang tak berpengalaman menjadi bijak, jikalau orang yang berpengertian ditegur, ia menjadi insaf.
Amsal 19:25
Continue reading ...

July 02, 2013

TERBESAR SEKALIGUS TERKECIL

0 komentar

Ingatkah kita ketika Alkitab berkisah tentang Yakobus dan Yohanes yang datang kepada Yesus dan berharap dapat menjadi orang-orang yang duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus di sorga nanti? Benar-benar posisi yang diharapkan banyak orang? Benar-benar permintaan yang luar biasa juga, kan?

Entah apa yang mengilhami permintaan tersebut, tapi saya rasa banyak orang juga menginginkannya. Akan tetapi, memintanya juga menunjukkan motif lain yang dimiliki Yakobus juga Yohanes ketika mengiring Yesus. Mereka ternyata mengharapkan kedudukan, posisi, status, sebagai yang lebih tinggi dari yang lain. Di luar pengiringan mereka ke manapun Yesus pergi, ternyata dalam hati mereka ingin agar menjadi pemimpin di antara yang lain. Namun, apakah semudah itu posisi tersebut diberikan? Tentu tidak. Yesus dan Allah Bapa punya kriteria sendiri untuk mereka yang layak untuk duduk di sisi-Nya, yaitu mereka yang rendah hati dan berjiwa hamba.

Yesus berkata bahwa siapapun yang ingin menjadi yang terbesar di antara yang lain, haruslah menjadi hamba bagi yang lain. Ia tidak boleh sombong, sebaliknya ia harus rendah hati dan rela mendahulukan yang lain daripada dirinya sendiri. Kalaupun ia sudah memiliki jabatan tinggi atau diangkat sebagai pemimpin, namun kepemimpinannya harus dibuktikan dengan kesediaan untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemimpin yang baik adalah mereka yang berhati hamba, mau melayani yang lain.

Orang seperti apakah kita? Atau, pemimpin seperti apakah kita? Apakah selama ini kita minta dilayani dan bukan melayani? Apakah kita gengsi bila harus melakukan hal-hal sederhana bagi mereka yang kita pimpin? Jika ya, ingatlah apa yang Yesus katakan, dia yang terbesar adalah dia yang mau melayani. Jadi, jika kita tidak bersedia melayani, kita adalah yang terkecil dan terpapa di antara yang lain. Yesus saja mau melayani murid-murid-Nya, kenapa kita tidak? Sekarang, maukah Saudara melayani?

Bapa, ajar aku untuk menjadi orang yang berhati hamba, orang yang mau melayani seperti-Mu. Ampunilah aku yang seringkali menuntut penghargaan dan penerimaan, sedang aku sendiri tidak mau menunjukkannya. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.

Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
Matius 20:26-27
Continue reading ...

July 01, 2013

TAK PERNAH SENDIRI

0 komentar

Tidak terasa kita sudah memasuki bulan ketujuh di tahun 2013. Semester kedua di tahun ini sudah harus kita jalani. Bagaimana? Apakah sudah ada perkembangan berarti yang kita alami? Adakah hal-hal tidak terlupakan yang membawa kegembiraan dan harapan? Ataukah kita justru sedang dalam masa-masa terpuruk dan dituntut untuk mengambil keputusan-keputusan yang sulit?

Orang bilang hidup itu seperti roda, kadang di atas, kadang di bawah. Yang lain bilang hidup itu seperti ombak, kadang kita dibawa ke sana, kadang kita diseret ke sini, kadang naik mengikuti gelombang tinggi, kadang dihempaskan ke amplitudo terendah. Yah, seperti apapun hidup, bukankah tetap harus kita jalani?

Tadi siang saya baru saja mendengar berita di televisi bahwa seorang mahasiswa keguruan tewas gantung diri karena putus cinta. Teman saya yang ikut mendengarnya langsung geleng-geleng kepala. Kami benar-benar menyayangkan tindakan konyol itu. Putus cinta, bunuh diri? Kenapa tidak coba menjalin cinta yang baru saja? Sekalipun kami berkata demikian karena tidak mengalami sendiri apa yang mahasiswa itu alami, tapi kami berdua lebih setuju bahwa menghadapi kenyataan dan melanjutkan hidup adalah keputusan terbaik.

Apa yang sudah Saudara alami selama 6 bulan ke belakang, baik atau buruk, semua itu adalah jalan yang memang harus kita tempuh. Hal-hal baik mendatangkan kebahagiaan, tapi hal-hal buruk jangan sampai membuat kita merasa bahwa hidup sudah berakhir. Teman saya pernah berkata bahwa mungkin ada keputusan "sangat" sulit yang harus kita ambil, tapi apapun itu, bagaimanapun situasinya, jangan lupa, kita tidak sendirian.

Janji Tuhan untuk menyertai kita hingga akhir zaman itu benar dan tidak akan diingkari-Nya. 70 tahun umur manusia di bumi hanyalah satu titik dari garis kekekalannya Allah, dan itu tidak berarti apa-apa di hadapan-Nya. Dalam hidup yang singkat ini, tetaplah percaya bahwa apapun yang terjadi, dan akan terjadi, Tuhan akan selalu beserta kita; kita tidak pernah sendirian.

Bapa, Bapa, terima kasih telah membuatku semudah ini memanggil-Mu, Bapa. Terima kasih untuk waktu-waktu yang sudah lalu, sekarang, dan yang akan datang. Engkau pasti tahu jalan ini tidak mudah bagiku, tapi terima kasih untuk janji-Mu, Bapa, untuk selalu besertaku. Aku sungguh tidak bisa hidup tanpa diri-Mu. Bapa, sekali lagi terima kasih. Amin

Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.
Matius 28:20b
Continue reading ...
 

Copyright © Renungan Harian Maranatha Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger