January 30, 2013

TELEVISI BARU

0 komentar


Saya berasal dari keluarga biasa, dengan suami, mertua, dan dua orang anak. Saya sudah merasa sangat bersyukur dengan yang saya miliki sekarang, meskipun semuanya nampak biasa-biasa saja di mata orang lain.

Sekalipun tinggal di kota, saya dan keluarga saya memilih untuk hidup berhemat. Saat yang lain memasak dengan kompor minyak atau kompor gas, kami masih menggunakan kayu bakar yang dapat dengan gratis kami kumpulkan. Saat yang lain menyetrika dengan setrika listrik, kami masih menggunakan setrika arang. Saat yang lain menggunakan rice cooker untuk menanak nasi, kami masih menanak nasi dengan cara biasa. Saat yang lain menggunakan air dari PDAM, kami masih menimba air dari sumur kami sendiri. Saat yang lain menggunakan sepeda motor untuk kebutuhan sehari-hari, kami masih menggunakan sepeda. Meskipun begitu, kami berusaha untuk mensyukuri semuanya, dan terbukti, Tuhan selalu memelihara.

Saat mertua saya sakit karena beliau sudah lanjut usia, kami tahu kami tidak bisa membawanya rawat inap di rumah sakit. Karena itu, kami memutuskan untuk merawat beliau di rumah. Keadaan ini membuat saya tidak dapat lagi bekerja di luar rumah karena saya harus menjaga beliau. Pemasukan kami hanya tinggal dari toko mainan yang kami kelola di rumah, dan dari pekerjaan anak-anak. Tapi sekali lagi, Tuhan itu baik. Kami masih dipelihara dan dapat memenuhi apa-apa yang diperlukan untuk merawat mertua saya.

Ada satu waktu di mana televisi kami satu-satunya rusak. Sempat kami coba perbaiki dengan bantuan tetangga, tapi yah... televisi polytron 14 inci itu memang sudah tua, usianya sudah 18 tahun. Dan karena membeli televisi bukanlah prioritas kami waktu itu, maka hilanglah kesempatan kami untuk mendapatkan salah satu media hiburan kami di rumah.

Tapi entah bagaimana Tuhan itu bekerja, yang pasti cara-Nya sungguh luar biasa. Anak saya yang adalah seorang pemimpi sering menggambar barang apapun yang diinginkannya di buku catatan yang sering dibawanya ke mana-mana, dan di antara gambar-gambar itu, ia menggambar sebuah televisi flat berdiri di atas meja kamarnya. Dia sempat bertanya kepada saya, “Mak, mimpi itu boleh kan?” Dan tentu saja saya jawab, “Ya boleh to.” Dia menggambar televisi itu sekalipun butuh setidaknya beberapa bulan kerja untuk bisa membelinya.

Satu saat ketika harus melayani dalam sebuah ibadah hamba-hamba Tuhan, saya melakukan bagian saya seperti yang biasa saya lakukan. Saya datang lebih awal dari pelayan yang lain, membantu orang-orang di pastori untuk menyapu halaman... Tidak saya sangka, ketika ibadah hampir selesai dan doorprize dibacakan, saya mendapatkan sebuah televisi flat, seperti yang digambarkan oleh anak saya. Di situ ada hadiah-hadiah lain, tapi Tuhan tahu apa yang sedang saya butuhkan saat itu, sebuah televisi.

Melalui berkat ini, saya merasa Tuhan ingin mengajar saya, bukan hanya tentang rasa syukur atas sebuah televisi baru, tapi juga untuk tetap bersyukur atas segala yang terjadi dan setia dalam hal-hal rohani.

Tuhan itu sungguh baik, selama-lamanya.
Continue reading ...

TULISKAN MIMPIMU

0 komentar


Sudah beberapa tahun ini gereja kami mengajar dan mengajak jemaatnya untuk menuliskan apa yang menjadi mimpi atau cita-cita mereka (berdasarkan Habakuk 2:2). Kami diajak untuk hidup dengan mimpi, cita-cita, pergumulan, dan doa, lalu menuliskannya di tempat yang terlihat bagi kami atau mudah untuk kami temukan. Awalnya kebanyakan dari kami belum terbiasa melakukannya, namun setelah melakukannya sendiri, saya melihat Tuhan bekerja.

Saya masih ingat ketika saya menulis di lembar tahunan bahwa saya ingin ojt di sebuah penerbitan di kota saya. Dalam hati saya hanya berdoa agar saya bisa magang di tempat di mana ilmu yang saya pelajari selama kuliah dapat dipraktekkan, bahkan sangat dibutuhkan.

Enam bulan kemudian, ketika seluruh mahasiswa tingkat akhir harus menemukan tempat ojt, saya memutuskan untuk pergi ke penerbitan tersebut. Sekalipun mereka belum pernah menerima mahasiswa magang, tapi kemudian mereka mengizinkan saya untuk melakukan ojt di sana.

Selama ojt, saya mendapatkan tugas-tugas yang sangat sesuai dengan ilmu saya. Saya merasa tidak bekerja, melainkan mendalami ilmu layaknya di kampus. Saya juga merasa betah, buktinya, di saat teman-teman yang lain ingin segera mengkhiri masa ojt, saya justru memperlama masa ojt saya.

Saya juga sangat bersyukur karena setelah ojt, saya ditawari untuk bekerja di sana. Sampai sekarang saya masih bekerja di sana, dengan tugas-tugas yang semakin memperdalam dan mengasah ilmu yang saya tekuni.

Di luar kesaksian ini, saya juga mengalami kesaksian-kesaksian lain setelah menuliskan doa-doa saya. Puji Tuhan, Tuhan itu sungguh luar biasa.
Mungkin ada yang berkomentar, “Kalau begitu, saya bisa menuliskan apapun yang saya mau dong?” Untuk hal ini, kita tetap harus bertanya kepada Tuhan, apakah yang kita mau juga yang Tuhan mau? Kami diajar untuk menyerahkan segalanya kepada Tuhan, memiliki impian yang realistis, menuliskan mimpi yang sejalan dengan kehendak Tuhan. Saya percaya, ketika kita melakukannya, tulisan-tulisan itu akan menjadi kenyataan.

Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan.
Continue reading ...

CINTAMU

0 komentar

Kujalani hari-hariku
bersama cinta-Mu dalam hatiku
Dalam suka dan duka
Kau selalu hadir di sisiku

Seperti melodi yang indah
cinta-Mu bergema di hatiku
Ketika putus asa mendera
Kau datang nyatakan cinta-Mu

Cinta-Mu t’lah mengubah hidupku
lepaskanku dari belenggu masa lalu
Cinta-Mu sinar dalam hidupku
menuntun langkahku pada kebenaran-Mu
Cinta-Mu adalah cinta sejati

Hadir-Mu memberi makna bagiku
memberi harap ‘tuk jiwaku
Kau buatku mengerti bahwa
cinta-Mu tak ada duanya
Cinta-Mu adalah cinta sejati
Continue reading ...

CINTAMU TERBESAR

0 komentar


Kisah cinta membanjiri dunia
dari yang muda hingga yang tua
Setiap manusia haus akan cinta dan kasih sayang
namun dalam-Mu saja kutemukan bagian kekal

Cinta di dunia sama sekali berubah
tak ada lagi kemurnian di dalamnya
Setiap manusia haus akan cinta dan kasih sayang
namun dalam-Mu saja kutemukan bagian kekal

Cinta tak kutemukan di manapun juga
saat Kau tak ada di sana
Setiap manusia haus akan cinta dan kasih sayang
namun dalam-Mu saja kutemukan bagian kekal

Cinta-Mu lebih besar dari segalanya
lebih besar dari semua cinta di dunia
Ku kagum akan cinta terbesar
Cinta-Mu yang terbesar
Continue reading ...

January 28, 2013

APA ITU?

0 komentar


Seorang ayah dan anak laki-lakinya duduk di bangku teras rumah mereka. Sementara si anak asyik sendiri membaca koran, sang ayah yang sudah mulai lanjut memperhatikan taman dan pohon di sekitar mereka.

Tidak lama kemudian sang ayah melihat seekor burung pipit bercuit-cuit di antara bunga-bunga. Tanyanya kepada anaknya, “Apa itu?” Si anak melihat sekilas apa yang dimaksud oleh ayahnya, dan menjawab, “Burung pipit,” lalu kembali membaca korannya.

Setelah burung  itu terbang dan bertengger di atas dahan yang lebih, sang ayah bertanya lagi kepada anaknya, “Apa itu?” Si anak melihat ke atas, kemudian melihat ke arah ayahnya, dan berkata, “Burung pipit, ayah.”

Tidak lama setelah itu, burung tadi terbang turun dan bercuit-cuit di tanah. Sang ayah kembali bertanya kepada anaknya, “Apa itu?” Si anak menurunkan korannya, dan melihat burung tadi. Karena mulai merasa terganggu, ia menghela napas, baru kemudian memberikan jawaban, “Itu burung pipit, ayah, burung pipit!” Lalu ia membaca kembali korannya.

Tapi untuk yang kesekian kalinya, sang ayah bertanya, “Apa itu?” dan kali ini si anak tidak dapat lagi menahan rasa kesalnya. Ia sedikit berteriak, “Itu burung pipit, ayah, burung pipit! Ada apa sebenarnya dengan ayah? Ayah sudah gila ya? Itu, BURUNG PIPIT!”

Sang ayah tidak merespon. Ia hanya diam, dan setelah itu berjalan masuk ke dalam rumah. “Ayah mau ke mana?” tanya si anak. Tersirat sedikit penyesalan di wajah anak itu karena apa yang sudah terjadi. Ia menghela napas panjang dan melipat korannya.

Tidak lama ayahnya kembali keluar sambil membawa sebuah buku catatan. Ia duduk, memberikan buku itu kepada anaknya. “Ini, bacalah,” katanya, “yang keras!” Kemudian, anaknya pun mulai membaca.

“Anak laki-lakiku sekarang berusia 3 tahun. Ia selalu saja ingin tahu. Hari ini, di taman, ia bertanya kepadaku, “Apa itu?”, dan aku menjawab, “Burung pipit.” Ia terus mengulang pertanyanyaan yang sama, dan aku juga terus mengulang jawaban yang sama. 20 kali ia bertanya, “Apa itu?” 20 kali juga aku menjawab, “Burung pipit” sambil memeluknya dengan penuh kasih sayang.”

Membaca diari itu, si anak kemudian terdiam. Sang ayah juga terdiam. Si anak tidak lagi dapat menahan perasaannya sampai akhirnya ia memeluk sang ayah.

Kasih orang tua kita mungkin tidak akan dapat kita mengerti sampai kita sendiri menjadi orang tua. Mereka begitu mengasihi dan menerima kita, apa adanya, tanpa ada keluhan ataupun ketidaksabaran. Terkadang, merekalah sahabat yang selama ini kita cari-cari di dunia karena merekalah yang paling mengerti dan memahami kita. Maka, kasihilah orang tua kita seperti mereka sudah mengasihi kita.
Continue reading ...
 

Copyright © Renungan Harian Maranatha Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger