June 24, 2013

BENAR-BENAR ADA

0 komentar

Kuatir? Apakah wajar? Hidup tanpa kekuatiran seperti sayur tanpa garam. Bedanya, garam memberi cita rasa, menggurihkan makanan, menambah selera makan. Tapi kalau kekuatiran... bikin pahit hidup saja!

Memang, manusia tidak pernah lepas dari rasa kuatir. Kuatir tidak dapat pekerjaan, tidak dapat jodoh, gagal, dan masih banyak lagi. Akan tetapi, membiarkan kekuatiran selalu menguasai hidup kita bukanlah hal yang akan berdampak baik. Kalau kita sedikit-sedikit kuatir, bisa-bisa kita kena tekanan batin, dan stres.

Saat saya menulis artikel ini bukan berarti saya sedang bebas dari rasa kuatir. Sebaliknya, sedang terjadi satu ujian hidup yang memaksa saya untuk terus selalu merasa kuatir. Akan tetapi, akankah saya larut di dalamnya? Tidak! Saya tidak mau itu terjadi, dan saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Saya punya Allah yang luar biasa dan Mahakuasa, jadi kenapa saya harus kuatir dengan apa yang terjadi?

Kita memang tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Beberapa detik ke depan pun adalah suatu misteri bagi kita. Namun, sebagai anak-anak Allah kekuatiran hanya akan menjadi wujud dari "ketidakyakinan" kepada Bapa kita. Bukankah Dia Allah dari segalanya dan pencipta segalanya? Bukankah Ia berjanji bahwa hanya damai sejahtera yang akan menjadi masa depan kita? Jadi Saudara, apapun yang Anda alami sekarang percayalah bahwa masa depan sudah kita genggam, bukan karena kemampuan kita, tapi karena janji Allah.

Bapa di sorga, terima kasih untuk janji penyertaan-Mu yang tidak akan pernah Kauingkari. Ampuni aku jika selama ini hatiku penuh dengan rasa kuatir. Ampuni aku jika bagi-Mu aku ini sedang meragukan-Mu. Aku mau percaya kepada-Mu, Bapa, karena aku tahu, masa depanku sudah ada dalam tangan-Mu.

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.
Amsal 23:18
Continue reading ...

June 23, 2013

BERBAHAGIA KARENA PERCAYA

0 komentar

"Sebenarnya, Allah itu benar-benar ada ndak sih?" Pernahkan pertanyaan ini terlintas di benak Anda? Kalau tidak, puji Tuhan, karena sepertinya Anda tidak pernah meragukan kebenaran bahwa Allah itu ada. Tapi kalaupun pernah, saya tidak bermaksud untuk mencela atau mengkhotbahi Anda, juga tidak akan memaksa Anda bertobat. Kenapa? Karena buat saya pertanyaan yang muncul di benak Anda ini cukup wajar, "secara" kita memang belum pernah melihat Allah.

Ingatkah Anda dengan kejadian di mana Tomas, salah satu murid Yesus, bahkan mempertanyakan di hadapan Yesus sendiri, apakah yang dilihatnya itu benar-benar Yesus? Saya memang merasa kecewa dengan ketidakpercayaan Tomas sebelum ia bisa menyentuh dengan tangannya sendiri bahwa itu adalah Yesus, gurunya, akan tetapi saya berusaha memaklumi bagaimana logika illahi terkadang tidak dapat masuk ke dalam logika kita, manusia. Pasti sulit sekali bagi Tomas untuk melihat kenyataan bahwa gurunya telah bangkit seperti yang pernah dikatakan-Nya, karena sekalipun ia pernah menjadi saksi kebangkitan beberapa orang selama menjadi murid Yesus, namun otakknya tetap saja tidak dapat menalarnya.

Allah kita memang Allah yang tidak dapat dinalar dengan logika manusia. Kalau semua logika Allah bisa kita nalar, maka Ia bukanlah Allah. Satu hal yang Allah minta dari kita adalah, percaya. (Hal yang mudah dikatakan, namun terkadang sangat sulit untuk dilakukan.) Mempercayai bahwa Ia menciptakan alam semesta. Mempercayai bahwa segala yang difirmankan-Nya adalah kebenaran. Mempercayai bahwa Ialah Allah yang rela mati bagi kita. Mempercayai bahwa satu saat Ia akan kembali dari dosa. Ya... mempercayai itu semua; hal-hal yang tidak dapat atau belum kita lihat dengan mata jasmani kita.

Inilah inti kekristenan, yaitu hidup karena percaya, bukan karena melihat.

Bapa, aku mau percaya kepada-Mu. Tambahkanlah iman dalam hatiku dan izinkan aku benar-benar menyadari bahwa Engkau ada dan segala yang ada pada-Mu adalah benar adanya. Terima kasih karena sudah mati bagiku. Sekali lagi, terima kasih, karena Engkau benar-benar nyata. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.

Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.
Yohanes 20:29b
Continue reading ...

June 22, 2013

DI ATAS RATA-RATA

0 komentar

Hari itu setelah makan siang, saya dan rekan saya hanya punya selembar uang Rp. 50.000-an untuk pulang. Karena kami harus naik angkutan kota, saya berinisiatif untuk menukarnya dengan uang kecil supaya kami tidak "disemprot" oleh para supir angkutan kota akibat membayar dengan uang besar. Posisi kami di mall membuat saya sedikit berpikir untuk mencari tempat yang kira-kira bersedia melayani penukaran uang, dan yang pertama terbersit di kepala saya adalah kasir, dan nampaklah di depan saya... kasir Giant.

Ketika saya menunjuk dan menuju ke arah kasir, rekan saya mengikuti. Tapi melihat ketiga kasir yang sedang sibuk melayani pembeli, saya merasa ragu untuk maju, sampai saya melihat seorang karyawan lain yang sedang sibuk mengumpulkan troli belanjaan. Saya akhirnya memberanikan diri dan memutuskan untuk minta tolong kepada karyawan "healthy" alias agak gemuk itu. "Pak, maaf, bisa saya minta tolong? (sambil menunjukkan selembar uang Rp. 50.000) Saya harus memecahkan uang ini. Saya butuh sekali, tapi kasir sepertinya sedang sibuk. Bisa Bapak bantu saya untuk menukarkan uang ini di kasir? Tolong ya, Pak." Dalam hati jujur saya sedikit ragu Bapak itu akan menolong saya, tapi melihat wajahnya yang memberikan kesan baik, saya lebih yakin ia akan membantu saya.

Benar saja, Bapak itu akhirnya membantu saya. Sekalipun ia harus membuka laci kasir lainnya untuk mencari uang pecah, tapi kemudian ia kembali ke hadapan saya. "Ini, tolong dihitung dulu." Mendengarnya berkata demikian, saya spontan mengucapkan terima kasih. Uang yang disodorkannya tidak hanya pecahan, tapi juga lembaran uang yang baik, bukan kumal atau yang kusut. Rekan saya yang pernah menjadi seorang auditor keuangan, langsung memujinya di hadapan saya. Ia menyampaikan bahwa ia sanksi ketika saya memutuskan untuk meminta pertolongan Bapak itu. Mendengarnya berkata, "Mbak sebaiknya langsung ke kasir saja" itu sudah lumayan dan bahkan cukup sopan, tapi Bapak itu malah melayani saya sebegitunya, bahkan "tolong dihitung dulu"? Wah, itu luar biasa. Pegawai di atas rata-rata. Kejadian itu dibahasnya, bahkan sampai kami naik angkutan kota.

Kata-kata "pegawai di atas rata-rata" sampai hari ini masih bergema di telinga saya, dan kejadian itu saya rasa tidak akan saya lupakan seumur hidup saya. Dari Bapak itu saya belajar, bahwa menjadi siapapun kita, karyawan atau pegawai apapun kita, kita bisa menjadi yang "di atas rata-rata," bukan karena kecerdasan teori atau analisa atau ide, tetapi karena kecerdasan hati dan sikap. Ada orang yang bekerja asal-asalan. "Boro-boro" melayani orang lain, kerjaan sendiri belum selesai jangan harap mau bantu kerjaan orang lain. Akan tetapi, mengerjakan sesuatu sebaik mungkin dapat membuat seseorang menjadi "di atas rata-rata." Selain itu, kerelaan untuk menolong orang lain dan memberikan pelayanan yang terbaik juga dapat menjadikan seseorang "di atas rata-rata." Maukah kita bersikap demikian, menjadi orang "di atas rata-rata" lainnya yang dapat memberikan kesan seumur hidup bagi orang lain?
Continue reading ...

June 21, 2013

GUNAKAN EAGLE'S EYES

0 komentar

Setiap kali menghadapi masalah, salah satu hal yang teringat pertama kali di benak saya adalah, "What Would Jesus Do?" Mengingat empat kata ini membuat saya yang sebenarnya ingin marah jadi menahan amarah. Memikirkan empat kata ini membuat saya yang sebenarnya ingin merasa tidak ada jalan menjadi punya harapan. Memperkatakan empat kata ini membuat saya yang tadinya tidak tahu apa yang dilakukan, atau justru punya segudang langkah"grusa-grusu" yang ingin segera diambil, jadi berpikir beberapa kali. Dari keempat kata ini saya belajar untuk mengambil keputusan dan tindakan yang sesuai dengan hatinya Tuhan.

Terkadang kita melihat masalah dari cara pandang kita (pedestrian view). Kita melihatnya dari dekat, kemudian merasa terintimidasi olehnya. Karena apa? Karena dari dekat masalah itu terlihat sangat besar dan tak terselesaikan. Orang-orang di sekitar kita bukannya malah membantu, namun justru membuat kita hilang arah. Disebut dengan pedestrian view karena satu blok wilayah dapat dilihat dengan jelas oleh seorang pejalan kaki; mulai dari gedung dan rumah-rumahnya yang tinggi, kendaraan yang lalu lalang terlihat jelas dari dekat. Akan tetapi, blok berikutnya tidak akan terlihat sebelum kita menyelesaikan blok yang satu.

Kita harus belajar melihat masalah dari sudut pandang Allah (eagle's eyes/eagle's view). Apa maksudnya? Bumi bila dilihat dari atas (dari mata seekor rajawali) nampak terbentang luas. Blok berapapun yang kita lihat bisa kita lihat dengan jelas. Gedung dan rumah yang tadinya terlihat tinggi besar dan megah, sekarang nampak kecil dan hanya seujung jari, seolah mudah sekali ditempuh dalam satu langkah kaki. Kendaraan yang lalu lalang nampak seperti semut-semut kecil yang sibuk ke sana-ke mari. Intinya, dari sudut pandang Allah, masalah kita tidak ada apa-apanya. Makanya, kita tidak perlu merasa kuatir karena kita akan dapat selalu melihat ujung dari masalah kita.

Milikilah iman dan keyakinan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Bersama Dia, tidak ada yang tidak dapat kita tanggung. Lihatlah masalah kita dari mata-Nya, di situlah kita akan melihat bahwa jalan keluar sebenarnya sudah ada di depan mata. Jadi, jangan menyerah!

Bapa di sorga, terima kasih untuk solusi dari setiap masalah yang sedang dan bahkan akan kuhadapi. Aku mungkin kekurangan iman, karenanya aku selalu dipenuhi kekuatiran. Sekarang, Bapa, tambahkanlah iman kepadaku sepertinya halnya yang pernah Kaukatakan. Nyatakanlah janji-Mu seperti yang pernah Kauucapkan. Izinkan aku melihat karya-Mu dan akhirnya, memuliakan-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.

Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apapun yang mustahil untuk-Mu!
Yeremia 32:17
Continue reading ...

June 12, 2013

TEMPAT UNTUK PULANG

0 komentar

Sore itu, saya memencet-mencet tombol remote control, mencari-cari tayangan yang kira-kira menarik. Tanpa diduga, progam berhenti di acara drama tv korea. "Wah, ini sih program kesukaan teman saya," pikir saya. Di situ, sebuah adegan menunjukkan seorang anak muda sedang memberikan bekal buatannya sendiri kepada seorang gadis yang akan pergi menginap dengan teman-teman klubnya. Dengan wajah lembut, ia berkata kepada gadis itu, "Aku akan selalu jadi tempat untukmu pulang. Sejauh apapun kau pergi, kau akan selalu bisa pulang ke rumah. Aku akan jadi rumahmu." Hiks... romantis dan mengharukan sekali. Sekalipun saya tidak begitu tahu apa maksudnya, dan sekalipun gadis itu hanya sedang ikut camp di kampusnya (bukannya pergi jauh ke satu tempat), tapi kata-kata itu entah kenapa masih teringat di kepala saya.

Tempat untuk pulang. Rumah. Apakah kita semua punya rumah yang akan selalu jadi tempat untuk kita pulang? Anda pasti memahami maksud pertanyaan saya, namun yang dimaksud dengan rumah di situ bukan hanya gedung atau bangunan (house), namun juga suasana (home). Kita bisa saja mempunyai "house" tapi belum tentu kita punya "home". Lho, kok bisa? Dalam rumah yang adalah "house", jika kita tidak akur ataupun memiliki ikatan kasih sayang dengan penghuni lainnya, maka itu bukanlah "home" kita. Rumah seharusnya menjadi tempat di mana cinta, kebersamaan, dan rasa saling menghormati selalu hadir di antara mereka yang tinggal di dalamnya. Tidak peduli apakah mereka keluarga sedarah atau bukan, asalkan ada rasa "itu", maka itulah rumah.

Yesus bersedia menjadi rumah kita, tempat ke mana kita bisa selalu pulang. Jika kita ingin melihat bangunan rumah kita, kita bisa mengundang-Nya masuk dalam keluarga kita dan mengizinkan-Nya menebarkan kasih sayang di sana. Asalkan ada Yesus, di situlah rumah kita, tempat untuk kita bisa pulang.

Sekarang, tidak peduli bagaimanapun situasi kita, jangan ragu untuk mengundang Yesus masuk dan menemani. Ia akan mendengarkan isi hati kita dan Ia akan selalu siap mengulurkan tangan untuk memegang hidup kita. Jika Anda membutuhkan "rumah", Anda dapat berdoa bersama kami sekarang.

Bapa, terima kasih sudah bersedia menjadi Bapaku. Aku datang dan meminta agar Engkau masuk serta tinggal dalam hidupku. Aku tidak sempurna, Bapa; keluargaku juga, tapi aku benar-benar ingin Engkau ada dalam hidup kami. Jadikan keluargaku rumah yang indah, tentram, dan penuh cinta. Tinggallah selalu agar aku tahu apa itu rumah, apa itu keluarga, yang sebenarnya. Terima kasih, Bapa, karena sudah mendengarkan doaku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.

dan Aku akan membawa mereka pulang, supaya mereka diam di tengah-tengah Yerusalem. Maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka dalam kesetiaan dan kebenaran.
Zakharia 8:8
Continue reading ...

June 11, 2013

"HOARDER" AKUT? STOP!!!

0 komentar

Apakah Anda pernah bertemu atau setidaknya mendengar tentang "hoarders"? Pertama kali mendengarnya saya tidak percaya dengan apa yang sebenarnya terjadi. Saya tidak bisa melihat tayangan atau gambar seperti yang Anda lihat di atas. Menurut Anda, apakah tempat seperti pantas disebut rumah dan dijadikan tempat bernaung sehari-hari? Apakah tempat seperti gambar di atas dapat membuat Anda nyaman dan hidup dengan bahagia?

Bagi para "hoarders" alias penimbun, hidup seperti itu tidaklah masalah. Mereka justru mengaku bahwa semakin banyak mereka menimbun, semakin bahagia mereka. Diawali dari masalah, entah itu masa lalu yang buruk atau kenyataan yang membuat frustasi, beberapa orang berubah menjadi penimbun. Seorang bapak yang dulu mainannya sering dibuang oleh neneknya, sekarang menimbun beratus, bahkan berpuluh ribu mainan di rumahnya. Seorang ibu yang didiagnosa penyakit mematikan, memutuskan untuk menikmati setiap hari seperti hari terakhirnya, salah satu caranya adalah melakukan segala yang ia ingin lakukan di rumah, tanpa memikirkan untuk merapikan atau membenahinya. Hasilnya, bukannya museum barang atau mainan yang rapi teratur, tetapi tumpukan barang yang hampir mencapai langit, hingga nyaris tidak ada lagi akses untuk beraktifitas dalam rumah.

Kita seringkali menimbun banyak hal, khususnya hal-hal yang tidak bermanfaat. Hidup kita dipenuhi dengan sampah yang tanpa sadar membuat kita nyaris tidak dapat bergerak lagi. Kita mengabaikan untuk membenahi kehidupan kita sekian lama, hingga tumpukan masalah itu menggunung dan rumah hati kita berubah menjadi gudang rongsokan. Seperti dua orang di atas, saat masalah datang, saat dosa menghampiri, kita memakluminya, kita mengiyakannya, mengizinkannya menguasai kita. Seperti dua orang di atas, mata hati kita tertutup dari derita yang orang lain (terlebih orang terdekat) rasakan karena "sampah" yang kita tumpuk. Seperti dua orang di atas, saat hati kita ingin Tuhan bersihkan, kita justru marah atau enggan membuang semua "sampah" di dalamnya, karena kita sudah terlanjur terikat dengannya.

Jangan lagi jadi "hoarder," jangan biarkan kesalahan terlanjur menjadi "blunder," hentikan semuanya sekarang juga, sebelum terlambat. Tuhan akan selalu menerima kita selama pintu kemurahan masih terbuka. Ia tidak akan berlambat-lambat untuk menolong kita dan mengisi hati kita dengan hal-hal yang lebih berguna. Sekaranglah waktunya untuk mengizinkan Dia masuk dan membersihkan hati kita dengan kasih-Nya.

Bapa, masuklah ke dalam hatiku. Ampunilah jika Engkau ternyata menemukan isi rumah yang berantakan, penuh dengan "sampah." Bersihkanlah Bapa, dan isilah dengan hadirat-Mu, perkataan-Mu, dan kasih-Mu. Tunjukkanlah kesempatan kedua kepadaku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.

Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela
Mazmur 32:5
Continue reading ...

June 10, 2013

JANGAN SAMPAI JADI "BLUNDER"

0 komentar

Pembeli: "Bu, saya beli aqua 1 ya."
Penjual: (sambil menyodorkan minuman mineral merk lain) "Ini, Neng aquanya."
Pembeli: "Bu... maaf, tapi maksud saya Aqua, bukan yang ini."
Penjual: "Lha, ini kan aqua, Neng. Orang-orang yang biasa beli aqua juga saya kasih ini dan ndak protes itu."

Apakah Saudara pernah mengalami kejadian seperti yang digambarkan oleh potongan percakapan di atas? Kita yang sudah terbiasa berpikir bahwa Aqua adalah semua jenis minuman mineral, tidak akan menyadari bahwa Aqua pada dasarnya hanyalah salah satu dari merk minuman mineral, bukan minuman mineral itu sendiri. Karena sudah terlanjur menganggap demikian, banyak orang yang mulai tidak mempermasalahkannya, sekalipun mereka tahu bahwa istilah itu sebenarnya tidak tepat dengan kenyataan sebenarnya.

Suatu kesalahan yang akhirnya dianggap biasa (bukan lagi kesalahan) disebut dengan blunder. Seperti halnya contoh di atas, orang tidak lagi mempermasalahkan apakah yang dijual Aqua atau bukan, asalkan itu minuman mineral, berarti ya aqua. Lha, kalau blunder ini sampai terbawa dalam kehidupan dan karakter kita sehari-hari, alangkah bahayanya!

Bagaimana tidak... kalau sampai kesalahan-kesalahan seperti berbohong, mencuri, membunuh, dll menjadi hal-hal biasa dan lumrah, lalu apa yang disebut dengan kesalahan? Kalau tidak menghormati orang tua, tidak suka beribadah menjadi hal-hal biasa dan lumrah, lalu apa yang disebut dengan kesalahan? Selama Roh Kudus tinggal dalam hati kita, Ia akan menjadi "alarm tanda bahaya" yang akan menunjukkan mana yang benar dan yang salah. Sekecil apapun alarm itu terdengar, asalkan kita masih mau dengar-dengaran, Roh Kudus tidak akan pernah berhenti mengingatkan kita tentang kebenaran Allah. Akan tetapi, jika alarm tersebut sering kita abaikan, lama-kelamaan kita tidak akan lagi mendengar suaranya, karena apa? karena telinga rohani kita sudah mulai tuli dan kebal terhadapnya.

Jangan membiasakan diri dengan kesalahan, karena kalau tidak ia akan jadi blunder.

Bapa, terima kasih karena tidak pernah menyerah terhadapku. Ampuni aku yang seringkali membuat kesalahan menjadi hal yang biasa di hadapan-Mu. Bapa, aku mau dengar-dengaran kepada-Mu, jadi biarkan Roh Kudus selalu ada dalam hidupku. Di dalam nama Tuhan Yesus, Amin.

Yang seorang menipu yang lain, dan tidak seorangpun berkata benar; mereka sudah membiasakan lidahnya untuk berkata dusta; mereka melakukan kesalahan dan malas untuk bertobat.
Masakan Aku tidak menghukum mereka karena semuanya ini?, demikianlah firman TUHAN. Masakan Aku tidak membalas dendam-Ku kepada bangsa yang seperti ini?
Yeremia 9:5, 9
Continue reading ...

June 09, 2013

UPAH YANG MENANTI

0 komentar

"Upah karena melakukan kebenaran lebih baik dibandingkan hasil yang diperoleh dari kecurangan," demikianlah isi kutipan yang mengingatkan saya akan masa lalu saya.

Saya dulu mungkin termasuk anak yang "sok" baik di hadapan teman-teman. Salah satu pandangan idealis saya adalah tidak boleh mencontek. Saya sangat "sengik" kepada mereka yang suka mencontek di kelas, dan teman-teman yang mengenal saya menganggap saya anak Kristen yang ndak aneh-aneh di kelas, dan yang selalu taat kepada peraturan. Sampai hari itu tiba.

Ulangan Fisika sudah di depan mata, akan tetapi saya kurang siap dengan materinya. Dari sekian soal yang diberikan, saya ingat hanya bisa mengerjakan dua di antaranya. Waktu terus berjalan dan saya mulai putus asa. Teman-teman yang lain sudah "bekerja sama" semua, tinggal saya satu-satunya murid yang duduk di barisan depan yang masih fokus dengan soal di depan saya. Akhirnya, saya memberanikan diri untuk membalikkan badan dan berkata, "Teman-teman, soal yang ini gimana?"

Ketika hasil ulangan dibagikan, saya mendapat nilai 7. Ingin sekali menggambarkan perasaan yang muncul waktu itu, tapi bukan rasa bahagia, melainkan penyesalan. Saya mungkin mendapat nilai pas-pasan dengan cara curang, tapi rasanya lebih baik mendapat nilai 2 karena kejujuran. Yang membuat saya lebih menyesal lagi adalah karena salah satu teman saya berkata, "Tumben ya Rani mau "kerja sama." Saya langsung sadar bahwa selama ini teman-teman saya memperhatikan saya, bahwa mereka tahu pandangan idealis saya. Namun dalam sekejap, pandangan mereka selama bertahun-tahun berubah. "Ah, ternyata toh sama aja dengan yang lain," mungkin itulah salah satu gambaran tentang saya yang muncul di benak mereka.

Hari itu saya benar-benar malu. Saya malu karena saya tidak dapat mempertahankan integritas yang selama ini berusaha saya jaga. Saya malu karena akhirnya mereka menganggap saya sama saja dengan anak-anak lainnya. Terlebih lagi, saya malu karena saya sudah mempermalukan Kristus yang selama ini saya coba perlihatkan kepada mereka. Saya tidak tahu harus berkata apa lagi, kecuali satu komitmen dalam hati, "Saya tidak akan pernah melakukannya lagi."

Di luar pengalaman yang terjadi, saya belajar bahwa ternyata kehidupan orang percaya diperhatikan oleh orang-orang di sekitarnya. Satu kesalahan saja akan membuat mereka berpikir bahwa kita tidak ada bedanya dengan mereka yang tidak percaya. Orang akan mempertanyakan, kehidupan Kristen seperti apa yang mau kita tunjukkan, kalau ternyata kita melakukan kesalahan-kesalahan yang juga dibuat oleh dunia? Tidak dapat dipungkiri bahwa kesalahan bisa diikuti dengan kesuksesan dan berkat-berkat, namun bukan berkat-berkat yang dinaungi rahmat Allah. Kesalahan itu akan tetap membawa kita kepada kebinasaan, walau awalnya yang kita cicip adalah kenikmatan. Apapun yang kita lakukan, lihatlah upah yang menanti kita, apakah itu kutuk atau berkat?
Continue reading ...

June 08, 2013

MEMILIH BERKAT

0 komentar

Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. (Ibrani 12:16)

Sejujurnya, sampai sekarang saya masih sangat heran dengan Esau. Kok bisa-bisanya ya dia menyerahkan hak kesulungannya, berkat luar biasa yang bisa langsung diterimanya, hanya demi roti dan masakan kacang merah? Setahu saya sup kacang merah versi zaman sekarang alias berneborn (semoga tulisannya tidak salah) memang enak, tapi kalau harus memilih antara sup dan berkat keturunan yang demikian luar biasa, jangan ditanya, pasti saya memilih berkat.

Terkadang manusia bertindak demikian. Bertindak demikian bagaimana maksudnya? Maksudnya, dari sekian banyak pilihan yang ada, kita seringkali memilih hal-hal yang merugikan diri kita. Antara integritas dan harta, kita justru memilih harta. Antara keluarga dan pekerjaan, kita justru mengutamakan pekerjaan. Antara hidup sehat dan miras, kita justru memilih miras. Antara masa depan dan narkoba, kita justru memilih narkoba. Kita tahu yang benar dan yang salah, tapi kita justru ingin memuaskan rasa ingin tahu kita terhadap yang salah, yang akhirnya membawa kita jatuh dan terjerumus terlalu dalam.

Selama kita ada di dunia, akan ada banyak pilihan menanti. Seperti kutipan yang pernah ditulis oleh seorang penulis novel, kita akan diperhadapkan kepada pilihan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang mudah. Di hadapan kita juga sudah tersedia setidaknya 2 pilihan pasti, mengikuti Allah atau berbalik mengabaikan-Nya.

Bapa di sorga, ampunilah aku yang seringkali memilih hal-hal yang buruk ketimbang yang baik. Sekarang, saya segalanya mungkin sudah terlambat, tunjukkanlah kepadaku jalan untuk kembali kepada-Mu. Pimpin aku saat harus memilih, agar aku tahu jalan mana yang Kau kehendaki dan Kau berkati. Di dalam nama Tuhan Yesus, Amin.

Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,
Ulangan 30:19
Continue reading ...

June 07, 2013

BAGIAN DARI DIRIKU

0 komentar

Tidak dapat dielakkan bahwa kita terkadang kita mengalami konflik dengan orang-orang terdekat kita. Entah itu keluarga, teman, sahabat, ada saja waktu di mana kita tidak sepikir dan sejalan dengan mereka, juga saat kita seolah saling menyakiti karena kesalahpahaman dan emosi sesaat. Akan tetapi, apakah dengan demikian kita lantas meninggalkan mereka. Tidak, tidak semudah itu Keluarga selamanya adalah keluarga. Teman dan sahabat selamanya adalah teman dan sahabat. Kita tidak dapat begitu saja menjadikan mereka sebagai musuh lalu menghilangkan mereka selamanya dari hati dan pikiran kita. Dalam hati kita yang mungkin merasa sakit, sebenarnya masih ada cinta dan rindu yang tak terkatakan kepada mereka.

Saat-saat demikian akan kita temukan dalam hidup, karena kita tidak memaksa semua orang setuju dan mengiyakan pendapat kita, atau membuat mereka mengasihi atau menyukai kita. Namun, sekali lagi, siapapun mereka, mereka adalah bagian hidup kita, yang turut andil dalam membuat hidup kita berharga.

Saya pribadi cukup sering mengalami "konflik" dengan ibu saya. Kami berbeda pendapat, ada perbuatan saya yang menyakiti hatinya, demikian juga demikian. Sekalipun tidak mengatakannya, perang yang seringkali terjadi di antara kami justru perang dingin. Kami akan diam seharian, atau bahkan beberapa hari. Namun sejujurnya, dalam hari-hari yang demikian kami sedang menginstropeksi diri kami masing-masing, dan menyadari bahwa kami tidak bisa hidup tanpa satu dan yang lainnya, kesalahan apapun yang pernah kami lakukan atau dilakukan oleh mereka yang kami kasihi. Sampai saat itu tiba, saat di mana kami tidak tahan lagi untuk bertegur sapa.

Apapun yang terjadi antara Anda dan mereka yang Anda kasihi, ingatlah bahwa mereka adalah bagian dari hidup Anda. Seberapa besarpun masalah yang terjadi, renungkanlah, dapatkah Anda hidup tanpa mereka? Tuhan punya rencana dalam hidup Anda dan mereka yang ada di samping Anda, dan ingatlah selalu kasih-Nya, agar Anda dapat terus mengasihi orang-orand di sekitar Anda, apapun yang terjadi.

'Kan tersimpan dalam ingatanku
hidup yang penuh suka dan duka bersamamu
Kulakukan semampuku untuk s'lalu membahagiakanmu
Betapa ku mengasihimu
kar'na kau adalah bagian dariku
Memang sering ku tak memahami
sikap dan ucapanmu yang kadang menyakitiku
Walau sedihnya hatiku namun ku tetap menyayangimu
kar'na s'mua itu tak mampu menghapus kenyataan 
bahwa kau bagian dariku

Tak akan pernah berakhir kasihku kepadamu
Di sepanjang hidupku kau 'kan s'lalu di hatiku
Tiada mampu kuhindari, bahkan 'tuk kuingkari
Apapun adanya dirimu, kau tetaplah bagian dari diriku


Oleh: "VP"

"Tuhan, terima kasih untuk keluarga, teman, dan semua yang Kauadakan di sisiku, Amin."
Continue reading ...

June 06, 2013

PERPISAHAN YANG MANIS

0 komentar

Perpisahan adalah saat yang menyedihkan. Bagi sebagian besar orang, tahun-tahun yang sudah dijalani bersama-orang terdekat bukanlah hal yang mudah untuk dilupakan ataupun direlakan. Kalau boleh berharap, kita akan berharap perpisahan itu, terlebih perpisahan dengan orang-orang yang sangat dicintai, tidak pernah terjadi.

Namun jika waktunya sudah tiba, segala bentuk perpisahan, wisuda, pelepasan, bahkan kematian, tidak akan dapat dihindari. Kita hanya bisa menguatkan hati dan dengan rela melepaskan mereka yang harus berpisah dengan kita. Seperti hari itu, saya harus kehilangan nenek saya. Beliau meninggal pada usia lanjut, karena sakit. Sebelum-sebelumnya, Beliau tidak pernah sakit yang demikian, hingga satu hari, Beliau mengeluh tidak bisa berjalan atapun duduk. Sejak hari itu, Beliau tidak dapat bangun dan hanya terbaring di tempat tidur.

Selama Beliau sakit, saya dan orang tua bergantian menjaganya, dan saya adalah orang yang menjaga Beliau selama beberapa malam sebelum akhirnya Beliau dipanggil Tuhan. Saya tidak menyangka bahwa keesokan harinya, adalah hari terakhir Beliau di dunia. Antara percaya atau tidak percaya, saya berusaha melepaskan kepergian Beliau dengan hati lapang. Saya berusaha tidak menangis, saya malah bersyukur bahwa di tahun-tahun terakhirnya Beliau justru mau menerima Yesus, namun dalam hati, saya sedikit menyesal karena saya merasa belum melakukan banyak hal untuk Beliau.

Hari ini, beberapa adik kelas juga bersama-sama bertemu untuk mengucapkan perpisahan. Perpisahan yang memang jauh-jauh hari sudah diduga, namun tidak diharapkan datang secepat ini. Saya yang membaca status-status mereka cukup tersentuh, betapa mereka ternyata menghargai kebersamaan mereka selama ini. Tapi, sekali lagi, perpisahan bukanlah akhir dari segalanya. Kita masih bisa bertemu dan berkomunikasi dengan teman-teman kita, orang-orang yang sudah meninggalkan kita juga tidak akan pernah pergi dari hati kita. Jadi, kita tidak perlu bersedih; jadikan saja setiap perpisahan sebagai perpisahan yang manis.
Continue reading ...

June 04, 2013

RAYUAN "MAUT"

0 komentar

Boy: Dek, ayah kamu pendeta ya?
Girl: Kok tahu?
Boy: Ya, iyalah... habis kamu sudah mengkhotbahkan cinta di setiap sudut hatiku.

Boy: My love, kamu keyboardist ya di gereja?
Girl: Iya. Tapi, kok kamu tahu?
Boy: Itu karena, kamu udah mengalunkan melodi-melodi cinta sorgawi di hatiku.

Boy: Aduh, kenapa khotbahnya lama sekali ya? Aku harus segera ketemu pak pendetanya ini!
Girl: Sabar, Yang. Kamu ndak boleh bilang gitu. Khotbah harus kita hormati lho. Memang, kenapa kamu pengen segera ketemu pendetanya? Mau complain soal ini?
Boy: Ndak, bukannya gitu, Yang. Aku pengen segera ketemu pendetanya supaya aku bisa segera bilang kalo aku mau diberkati dalam pernikahan sama kamu.

Boy: Dek, kamu tahu ndak kenapa sekarang aku bisa semangat sekali dalam ibadah?
Girl: Ehm... karena kamu mengucap syukur sama Tuhan. Ya, kan?
Boy: Bener, Dek. Aku benar-benar mengucap syukur sama Tuhan karena udah ngirim kamu dalam hidup aku.
Continue reading ...

June 03, 2013

KUALITAS UNGGUL ALA SPON

0 komentar

Spon punya banyak sekali kegunaan. Selain sebagai bahan untuk kasur dan matras, spon juga ada dalam ukuran kecil untuk mencuci piring. Sangat bermanfaat. Sifatnya antara lain, mudah menyerap cairan, dan sekalipun diperas berulang-ulang, spon akan kembali ke bentuk semula, tetap awet dan tahan lama. Benar-benar bermanfaat bukan?

Dari sekian banyak manfaat yang bisa kita dapat dari spon, saya bisa menarik salah satunya sebagai pelajaran hidup. Kemampuannya untuk menyerap cairan, dapat diperas berulang kali dan dapat kembali ke bentuk semula, adalah sifat yang bisa kita renungkan untuk kehidupan sehari-hari.

Andaikata kita spon, kita harus dapat menyerap semua pelajaran hidup yang kita dapat. Tentu saja, serap hal-hal yang baik saja. Kebaikan yang kita serap akan membuat kita semakin "berat" alias matang dan berbobot dalam hikmat, pengertian, dan pemahaman.

Andaikata kita spon, kita harus rela untuk diperas berulang kali. Setiap kali saya mencuci piring, salah satu cara saya untuk menghilangkan kotoran pada spon cuci di rumah adalah dengan memerasnya beberapa kali. Kotoran yang tak sengaja terserap akan ditekan keluar dari hidup kita, dan kita dapat kembali mengisi "spon" kita dengan hal-hal baik, hal-hal positif, lagi.

Andaikata kita spon, sekalipun ditekan, digencet, dipelintir... kita akan selalu bisa kembali ke bentuk semula. Masalah akan terus berdatangan dan menekan, menggencet, memelintir kita. Tidak seperti spon kaku yang akan hancur karena tekanan, kita justru tahu bagaimana caranya untuk bangkit dan pulih seperti sedia kala. Tidak ada kesulitan hidup yang dapat membuat kita menciut dan kalah.

Milikilah sifat-sifat unggul sebuah spon. Jadilah orang yang dengan cepat menyerap kebaikan dan pelajaran hidup, rela jika hidupnya "diperas" demi mengeluarkan "kotoran-kotoran", dan cepat untuk bangkit dan pulih sekalipun berbagai masalah menekan. Jangan biarkan kita dikalahkan oleh keadaan.
Continue reading ...

June 02, 2013

DICIPTA UNTUK TUJUAN

0 komentar

William Shedd pernah mengatakan: "A ship is safe in harbor, but that's not what ships are for." (Sebuah kapal akan tetap aman di dermaga, namun bukan itu tujuan kapal-kapal dicipta.)

Kutipan yang bagus dan layak dapat persetujuan kita, bukan? Sebuah kapal tidak akan dibuat agar tetap berada di dermaga. Kapal itu akan menjalankan maksud penciptanya, yaitu mengarungi sungai atau lautan luas. Sebenarnya, tetap di dermaga bukanlah suatu pilihan yang salah. Kapal juga akan tetap utuh, tetap bagus, lebih awet. Akan tetapi, apalah artinya ia jika ia tidak menjalankan fungsinya sebagai alat transportasi air? Jika kapal itu tidak memenuhi fungsinya, maka ia tidak berguna.

Sekarang, mari kita analogikan kutipan di atas dengan kehidupan kita. Andai kita sebuah kapal, apakah kita ingin tetap ada di dermaga, ataukah kita akan memilih untuk berlayar di tengah lautan? Berada di dermaga berarti kita tetap berada pada zona aman dan nyaman kita. Sekali lagi, bukan pilihan yang buruk. Kita akan tetap aman, hati kita tidak terluka... Sebaliknya, berada di tengah lautan berarti kita memilih keluar dari kenyamanan, merasakan pahit getirnya hidup, merasakan apa yang namanya terluka, tergores. Bukankah sepertinya pilihan pertama yang lebih enak?

Kita boleh saja memilih untuk "aman," namun kita tidak akan mengalami yang namanya pembentukan watak, karakter, pertumbuhan, kematangan, dan pemenuhan tujuan hidup. Kita akan mengalami semuanya itu justru saat kita "berlayar." Meski lelah dan sakit, kita menolong banyak orang untuk mencapai tempat tujuan mereka, dan kita sendiri diuji sebagai "kapal-kapal" tangguh yang berfungsi.

Jangan takut untuk melangkah dan menjalani hidup. Sesulit apapun hal yang bakal kita alami, kita punya Allah yang akan selalu menyertai. Anggaplah semua rasa tidak nyaman di sepanjang "pelayaran" kehidupan kita sebagai cara Allah untuk membentuk kita, menjadikan kita kuat untuk memenuhi tujuan kita bagi-Nya, yaitu tujuan sebagaimana Ia menciptakan kita.

Bapa, ampuni aku yang seringkali ragu dan takut untuk melangkah. Aku takut terluka, Tuhan, karenanya aku masih juga belum bisa memenuhi tujuan-Mu dalam hidupku. Tapi sekarang, aku mau belajar turuti mau-Mu. Aku akan hidup demi mencapai tujuan-Mu bagiku. Jangan pernah tinggalkan aku, Bapa, dalamku melewati samudra kehidupan yang menakutkan ini. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin

sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu.
Ulangan 20:24
Continue reading ...

June 01, 2013

SEKARANGLAH WAKTUNYA

0 komentar

Beberapa waktu ini saya memperhatikan sebuah televisi swasta yang sering sekali menampilkan kutipan-kutipan berbau Alkitab, sekalipun memang ada kutipan-kutipan bagus lainnya yang dari bahasanya seperti tidak diambil dari Alkitab. Salah satu kutipan yang menyentuh hati saya adalah kutipan di akhir klip pendek yang menceritakan tentang usaha seorang ayah yang berakhir naas. Dalam perjalanannya untuk menunjukkan kasih kepada anak laki-lakinya, sang ayah mengalami kecelakaan mobil. Kutipan itu berbunyi, "Waktu yang paling tepat untuk berbagi kasih adalah sekarang."

Seumur hidup sang ayah berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk anaknya, sekalipun dengan cara yang sedikit keras. Ia tidak setuju ketika melihat anak laki-lakinya itu menjadi musisi dan bergaul dengan para musisi. Namun ketika ia menyadari keberhasilan dan kebahagiaan anaknya terletak di situ, ia memutuskan untuk melihat konsernya. Sayang sekali, dalam perjalanan, mobil sang ayah ringsek karena bertabrakan dengan sebuah truk. Meski sang ayah berkata bahwa ia butuh lebih banyak waktu untuk bersama putranya, tetap saja, ia tidak akan pernah mendapatkannya.

Seringkali kita menahan-nahan kasih. Kita tidak menunjukkannya kepada orang lain karena: 1. Kita memang tidak ingin menunjukkannya, 2. Kita merasa tidak perlu untuk menunjukkannya, 3. Kita merasa tidak ada faedahnya jika kita menunjukkannya, 4. Kita merasa itu bukan waktu yang tepat untuk menunjukkannya, 5. Kita merasa orang tersebut tidak berhak menerima kasih kita, dll. Dari berbagai alasan yang ada, entah itu salah satu, kombinasi di antaranya, atau alasan lainnya, saat ini kita diingatkan untuk menghargai waktu. Seperti halnya klip tersebut, bisa jadi kita tidak punya cukup waktu untuk menunjukkan kasih.

Lihatlah kondisi-kondisi ini. Kita memiliki keluarga, namun tidak saling bertegur sapa dengan mereka. Kita memiliki teman, namun tidak berkomunikasi dengan mereka. Kita melihat mereka yang kesulitan tapi kita menghindar dari mereka yang membutuhkan bantuan kita. Kita menahan-nahan kasih tanpa mengingat, "Apakah saya masih punya waktu untuk menunjukkannya?"

Kasih bukanlah sesuatu yang perlu ditahan. Seberapa banyakpun ia dilepaskan, kasih tidak akan pernah habis. Jika ada hal yang dapat Anda lakukan sekarang, lakukanlah. Jangan sampai ada penyesalan di kemudian hari. Allah memberi begitu banyak kasih dalam diri kita, ini saatnya bagi kita untuk membagikannya, sebelum waktu kita usai. Waktu terbaik untuk menunjukkan kasih kita adalah sekarang.
Continue reading ...
 

Copyright © Renungan Harian Maranatha Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger