Suatu waktu saya mengantar teman yang datang dari luar pulau untuk pelayanan di gereja kami. Karena beberapa alasan, ia dan istrinya tidak sempat membawa cukup pakaian untuk dikenakan di sini, khususnya yang dapat dipakai di pelayanan. Ia pun bertanya kepada saya apakah kami biasa mengenakan jas bila melayani di mimbar, saya pun mengiyakannya. Akhirnya, ia meminta saya untuk menemaninya mencari jas di salah satu mall di kota kami.
Sepanjang jalan ia ternyata terus berdoa dalam hatinya agar ia dapat dengan mudah menemukan jas yang sesuai untuknya (karena ia tipe orang yang sedikit kesulitan untuk menemukan sesuatu yang cocok dalam waktu yang singkat). Setelah mengitari lantai dasar, kami akhirnya memutuskan untuk naik ke lantai berikutnya. Melihat teman saya yang cukup serius melihat etalase-etalase baju-baju pria, saya pun ikut berdoa dalam hati saya.
Akhirnya, tibalah kami di sebuah toko yang menyajikan berbagai jas dan kemeja. Melihat-lihat sebentar, pandangan teman saya pun tertuju pada satu kemeja hitam di bagian atas. Dia meminta tolong kepada pelayan toko untuk mengambilkannya. Seraya meraih jas itu dan "berkomat-kamit" ke arah saya, "Semoga pas," ia pun membawanya ke fitting room untuk dicoba. Tidak berapa lama kemudian ia pun keluar dan berkata, "Puji Tuhan, terima kasih, Tuhan... pas!"
Bagi teman saya, pengalaman itu adalah pengalaman yang sangat berharga. Ia mengulang kembali ceritanya kepada saya bahwa ia seringkali kesulitan menemukan barang yang cocok untuk dirinya dalam waktu singkat. Namun kejadian itu memberikan suatu berkat tersendiri baginya. Itu adalah "mujizat-mujizat kecil" yang Tuhan nyatakan kepadanya, mengingat bahwa ia mencari jas itu untuk pelayanan.
Seperti halnya yang dialami oleh teman saya, kita seringkali menemui "mujizat-mujizat kecil" terjadi di sekitar kita. Hanya saja, karena terlalu sering dilihat dan dialami, kita mulai tidak menyadari bahwa itu adalah "mujizat". Perasaan sudah terbiasa olehnya, berkat-berkat yang Tuhan kerjakan mulai menjadi hal yang biasa-biasa saja. Kita mulai menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar terjadi dalam hidup kita, dan mulai lupa untuk mengucap syukur.
Berkat atau mujizat bukan berarti harus terjadi dalam skala besar; kesembuhan yang luar biasa, rejeki melimpah yang tidak disangka-sangka... Berkat atau mujizat juga hadir dalam hal-hal yang sederhana. Di sinilah kita diuji, apakah kita orang yang tahu menghargai yang Tuhan kerjakan dan mau tetap mengucap syukur?
Pengalaman ini membuat saya sadar tentang betapa pentingnya mengucap syukur, setiap saat, untuk setiap detik berkat yang mengalir dalam kehidupan saya. Semua itu saya pelajari dan mengerti lewat ucapan syukur dan penghargaan yang ditunjukkan oleh teman sepelayanan saya.
Pengalaman ini membuat saya sadar tentang betapa pentingnya mengucap syukur, setiap saat, untuk setiap detik berkat yang mengalir dalam kehidupan saya. Semua itu saya pelajari dan mengerti lewat ucapan syukur dan penghargaan yang ditunjukkan oleh teman sepelayanan saya.
0 komentar:
Post a Comment