Sulit untuk mengasihi jika kita hanya memikirkan diri sendiri. Bagaimana pendapat Anda tentang hal ini?
Kasih tidak dapat dibuktikan jika hanya diucapkan lewat kata-kata. Kasih membutuhkan tindakan nyata. Ia harus diwujudkan. Kita tidak dapat mengasihi seseorang tanpa pernah menunjukkan kasih kita kepadanya. Kenapa? Karena kasih akan selalu mendorong kita melakukan sesuatu yang baik untuk mereka yang yang kita kasihi. Kalau sebaliknya, kita tidak pernah melakukan sesuatu tersebut, maka kasih kita perlu dipertanyakan; benar nggak sih kita ini mengasihi mereka?
Alkitab memberi tahu kita sekilas tentang keadaan di akhir zaman. Salah satu cirinya adalah semakin banyak orang yang akan kehilangan kasih (baca: kasih mereka menjadi dingin). Tunggu sebentar... kalau kasih seharusnya memberi kehangatan dan kebahagiaan kepada orang lain dan diri kita sendiri, bagaimana mungkin kasih yang dingin itu bisa tetap disebut kasih?
Di luar banyaknya tafsiran tentang keadaan ini, saya memikirkan satu kemungkinan yang bisa saja terjadi. Kasih yang dingin bisa jadi menggambarkan situasi di mana orang masih bisa memberi atau melakukan sesuatu untuk orang lain. Hanya saja faktor kasih di dalamnya sudah tidak ada lagi. Satu ungkapan mengatakan: Kita bisa memberi tanpa mengasihi, tapi kita tidak bisa mengasihi tanpa memberi. Sekarang, mengertikah Saudara dengan apa yang sedang saya bicarakan?
Hati-hati jika kasih kita tidak lagi terbiasa dengan tindakan. Hati-hati juga ketika kita bertindak namun kehilangan esensi penting dari tindakan itu, kasih. Apabila dua kemungkinan ini terjadi, bisa jadi kita adalah gambaran dari orang-orang yang kasihnya menjadi dingin itu. Tuhan segera datang untuk kedua kalinya. Akankah Ia menemukan kasih kita tetap membara dan meluap-luap?
Bapa, ujilah dan selidikilah hatiku, kalau-kalau aku sudah kehilangan kasih-Mu. Ampunilah aku yang mungkin saat ini mulai kehilangan kasih yang Engkau mau. Berikan kepadaku hati seperti hati-Mu, Bapa, hati yang selalu ingin mengasihi dan memberi. Amin
Alkitab memberi tahu kita sekilas tentang keadaan di akhir zaman. Salah satu cirinya adalah semakin banyak orang yang akan kehilangan kasih (baca: kasih mereka menjadi dingin). Tunggu sebentar... kalau kasih seharusnya memberi kehangatan dan kebahagiaan kepada orang lain dan diri kita sendiri, bagaimana mungkin kasih yang dingin itu bisa tetap disebut kasih?
Di luar banyaknya tafsiran tentang keadaan ini, saya memikirkan satu kemungkinan yang bisa saja terjadi. Kasih yang dingin bisa jadi menggambarkan situasi di mana orang masih bisa memberi atau melakukan sesuatu untuk orang lain. Hanya saja faktor kasih di dalamnya sudah tidak ada lagi. Satu ungkapan mengatakan: Kita bisa memberi tanpa mengasihi, tapi kita tidak bisa mengasihi tanpa memberi. Sekarang, mengertikah Saudara dengan apa yang sedang saya bicarakan?
Hati-hati jika kasih kita tidak lagi terbiasa dengan tindakan. Hati-hati juga ketika kita bertindak namun kehilangan esensi penting dari tindakan itu, kasih. Apabila dua kemungkinan ini terjadi, bisa jadi kita adalah gambaran dari orang-orang yang kasihnya menjadi dingin itu. Tuhan segera datang untuk kedua kalinya. Akankah Ia menemukan kasih kita tetap membara dan meluap-luap?
Bapa, ujilah dan selidikilah hatiku, kalau-kalau aku sudah kehilangan kasih-Mu. Ampunilah aku yang mungkin saat ini mulai kehilangan kasih yang Engkau mau. Berikan kepadaku hati seperti hati-Mu, Bapa, hati yang selalu ingin mengasihi dan memberi. Amin
Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
Matius 24:12-13
0 komentar:
Post a Comment