Tanggal 1 Januari adalah hari
pertama di tahun yang baru (2013), hari yang “strategis” untuk memulai segala
sesuatunya dari awal. Beberapa orang menaruh harapan besar pada hari-hari
seperti ini dan menjadikannya sebagai momen yang sangat berharga. Mereka pikir
jika mereka dapat mengawali tahun yang baru tanpa membuat kekacauan, mereka
akan memiliki keberanian lebih untuk menghadapi hari-hari berikutnya. Satu
kesalahan saja, maka harapan besar tadi mendadak sirna, digantikan oleh
perasaan tidak sempurna, hancurnya harapan bahwa tahun itu akan lebih baik dari
tahun-tahun sebelumnya, bahkan rasa bersalah yang berkepanjangan. Sungguh
pandangan yang menyedihkan.
Meskipun pendapat di atas
terkesan menggelikan, namun ini benar-benar menyerang beberapa orang percaya. Gambaran
tentang dosa sebagai salah satu bentuk kekacauan begitu menakutkan; tidak,
tidak!! kata-kata yang tepat untuk hal ini adalah “begitu melumpuhkan”, “begitu
memenjarakan”. Ini karena dosa membunuh setiap harapan bahwa kita bisa
menghadap ke tahta kasih karunia Allah dengan penuh keberanian (Ibrani 4:16).
Bagaimana bisa? Dosa terbukti sebagai batu sandungan yang menjatuhkan siapapun
yang sedang berjalan di tangga sorgawi (menuju tempat di mana hadirat Allah
ada). Jika mereka jatuh berkali-kali, akan sulit bagi mereka untuk bisa sampai
ke tempat tujuan. Pada akhirnya, serangkaian kegagalan akan mendorong mereka
untuk, menyerah.
Mengandalkan perasaan untuk
memutuskan sesuatu bukanlah hal yang salah, tapi tidak dalam hal ini. Ketika
kita percaya bahwa Allah sanggup menjadikan segala sesuatu baru, kita tidak
perlu lagi bergantung pada perasaan kita tentang satu waktu dalam hidup ini.
Memang benar kita dapat berbuat salah, memang benar kalau kita ini orang
berdosa, tapi jangan karenanya kita berhenti mengarahkan mata rohani kita pada
alasan kenapa kita ada di dunia, yaitu Allah.
Kita tidak berbicara bahwa Allah
akan memberi toleransi kepada dosa, kita sedang membahas tentang kasih
karunia-Nya yang masih terbuka bagi kita lewat hari-hari baru yang Ia beri.
Mereka yang berbahagia adalah mereka yang menganggap setiap hari sebagai awal
yang baru (diberikan oleh Allah dari segala yang baru) dengan penuh rahmat.
Karena itu, marilah kita melihat hari-hari yang Tuhan beri sebagai kesempatan
baru untuk kita hidup lebih baik daripada kemarin, menurut rancangan-Nya bagi
kita.
Bapa, setelah mengetahui bahwa aku sangat
rentan terhadap dosa, aku sadar bahwa aku tidak akan dapat bertahan tanpa-Mu.
Bantu aku untuk menjalani hidup dengan kekuatan-Mu, dan bukan kekuatanku. Dan,
terima kasih untuk hari yang Kau beri, Amin.
Tak
berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,
selalu
baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!
Ratapan
3:22-23
0 komentar:
Post a Comment