Seorang
tukang bangunan hendak pensiun mengingat usianya yang mulai lanjut. Ia adalah
seorang tukang bangunan berpengalaman yang sudah membangun banyak sekali rumah
dan gedung, dan hasil kerjanya selalu dinilai baik oleh mereka yang menyewa
jasanya.
Seorang
pengusaha yang sudah sering menggunakan tenaga tukang bangunan ini merasa
sayang atas keinginannya ini untuk pensiun. Tapi tentu saja, ia tidak dapat
melakukan apa-apa untuk menghentikan niat bapak ini. Sekalipun demikian, ia
memberikan permohonan terakhir kepada tukang bangunan ini, yaitu untuk
membangun sebuah rumah sebelum bapak ini pensiun. Pengusaha itu mempercayakan
segalanya kepada bapak ini, termasuk desain, anggaran, bahan-bahan bangunan,
dll, dengan satu pesan, “Buatlah rumah yang terbaik!”
Dengan
tidak terlalu antusias, tukang bangunan ini mengiyakan permintaan pengusaha
tersebut dan mulai mengerjakan rumah itu. Hanya saja, karena ingin segera
pensiun, tukang bangunan ini mengerjakan rumah itu apa adanya, dengan desain
semampunya, dengan anggaran seperlunya, dengan bahan-bahan bangunan yang
“lumayan” saja. “Yang penting hasilnya kelihatan baguslah,” pikirnya.
Akan
tetapi, sesuatu yang tidak disangka-sangka terjadi. Begitu tukang bangunan ini
menyelesaikan rumah itu dan memberikan kuncinya kepada si pengusaha, pengusaha
tersebut menyerahkan kembali kunci rumah itu kepada bapak ini. “Ini pak...
ambillah rumah ini untuk bapak pensiun,” katanya.
Kita
pasti dapat membayangkan bagaimana kagetnya tukang bangunan ini. Pastinya ia
merasakan penyesalan dalam hatinya, “Kalau tahu begini, kenapa aku tidak
membuat rumah yang paling bagus ya?”
Terkadang,
tanpa perlu alasan “saya sudah tua”, “saya mau pensiun”, kita seringkali bekerja
dengan tidak sepenuh hati. Kita melakukan sesuatu asal-asalan karena kita
pikir, “Toh, ini juga bukan buat saya. Yang penting saya digaji, ya sudah.” Andai
saja kita mengerjakannya untuk diri kita sendiri, maka kita akan melakukan yang
terbaik, bukan?
Mari
kita belajar untuk selalu melakukan yang terbaik, agar tidak ada penyesalan di
kemudian waktu.
0 komentar:
Post a Comment