September 02, 2013

MENGASIHIMU MESKI...


Kata orang, "Ada uang, abang disayang. Tidak ada uang, abang ditendang." Wuih... keren ya?... cinta yang termotivasi oleh harta. Tapi inilah yang memang seringkali terjadi, bukan? Dalam kenyamanan, seseorang dapat dengan mudah mengasihi orang lain, mempedulikan orang lain, memperhatikan orang lain. Kita bisa melihat beberapa anak sekolah yang pergi ke mana-mana dengan teman-teman "borju" mereka; jalan-jalan ke mall, makan-makan di McD atau PH. Kita bisa mendengar deretan nama wanita-wanita cantik di sekitar seorang milyader. Ya, di sekitar gula, pasti banyak semut berkerumun.

Kalau contoh di atas kita terapkan dalam kehidupan kekristenan, maka orang-orang yang setia hanya mereka yang diberkati saja. Sekalinya masalah datang atau kekurangan menghalang, orang akan dengan mudah tidak ke gereja dan meninggalkan pelayanan mereka kepada Allah. Lalu, apakah kita termasuk sebagai orang-orang yang demikian?

Ayub seringkali dijadikan sebagai contoh terbaik tentang apa arti dari mengikut Tuhan. Ia yang dicobai sedemikian rupa diakui sendiri oleh Allah sebagai orang tidak berdosa dalam perkataannya. Ia orang yang selain tahu menahan lidah, juga tahu makna dari kata "setia". Ia yakin bahwa Allah mengerti kondisinya dan tidak akan berlarut-larut membiarkannya dalam kesengsaraan yang amat sangat. Ia adalah orang yang tahu mengasihi sekalipun ia kehilangan segala-galanya. Mampukah kita seperti dia? Tetap setia dan mengasihi Allah sekalipun kita tidak punya apa-apa?

Ayub mengerti penderitaan itu sementara. Ia memahami bahwa sorga adalah kekekalan yang patut untuk dinanti-nantikan. Jadi, baginya, sekalipun dalam dunia ia harus kehilangan segalanya, itu hanyalah kondisi di mana ia sedang kembali kepada keberadaan alamiahnya: Dilahirkan ke dunia tanpa membawa apa-apa, dan meninggalkan dunia tanpa membawa apa-apa.

Kalau saat ini kita sedang diuji dalam hal harta dan kenyamanan kita, ingatlah hal ini, bahwa semua itu tidak kita bawa sewaktu kita lahir ataupun mati. Sorga adalah harta yang sesungguhnya. Kita hanya perlu bertahan "sebentar" di dunia.

Bapa, terima kasih untuk keadilan dan kebenaran-Mu. Aku sungguh tidak membawa apapun ketika aku datang maupun pergi dari dunia ini. Ampunilah aku yang terkadang lebih terikat dengan dunia ini. Aku mau belajar untuk mengasihi-Mu lebih dari segala sesuatu di muka bumi. Amin

katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil,
terpujilah nama TUHAN!
Ayub 1:21

0 komentar:

Post a Comment

 

Copyright © Renungan Harian Maranatha Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger