February 02, 2013

PERSEMBAHAN TERBAIK



Sebagai orang kristen, kita diajar untuk suka memberi, tidak hanya kepada sesama, terlebih lagi kepada Tuhan. Kita juga sudah terbiasa memberi persembahan di gereja, dan saking terbiasanya, kadang ada orang yang tidak merasa sungkan lagi kepada Tuhan. Uang yang diberikan adalah yang nilainya paling kecil. Uang yang dipersembahkan adalah lembaran yang paling kumal. Uang yang dikorbankan “diuntel-untel” alias diremas atau dilipat dalam ukuran mini. Dan komentar yang tepat untuk itu adalah, “Ya ampun...”

Saat kita memberi kepada Tuhan, kita patut belajar kepada Daud. Ia adalah raja yang masyur, namun takut dan tunduk kepada Tuhan. Ada beberapa kejadian di mana dengan jelas diceritakan di sana, Daud memberi kepada Tuhan dengan tidak perhitungan. Ia memberikan hartanya berlimpah-limpah untuk perkerjaan bait Allah dan ia tidak pernah mau memberi jika pemberiannya bukanlah korbannya sendiri (jika ia tidak membayar harganya sendiri).

Daud saja yang seorang raja tahu memberikan yang terbaik kepada Tuhan, kenapa kita tidak bisa melakukannya? “Dia kan raja, pantas saja dia memberi banyak. Saya ini orang biasa. Jika saya memberi sebanyak itu, saya bisa miskin.”

Saudara, Tuhan tidak pernah meminta harta kita. Dia hanya ingin kita melakukan apa yang menjadi kewajiban kita (perpuluhan misalnya). Sisanya, jika kita ingin berkorban, Dia hanya minta kita untuk melakukannya dengan tulus, rela hati, dilandasi rasa syukur dan rasa cinta kita kepadanya. Bila persyaratan dalam memberi ini kita penuhi, maka kita akan mendapati, secara otomatis, bahwa persembahan kita adalah persembahan terbaik yang bisa kita berikan kepada Tuhan.

Daud mengasihi Tuhan, karena itu ia bersedia memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Hal ini pun diperhitungkan Tuhan, karenanya Ia tidak segan-segan untuk memberkati Daud dengan kemenangan, dengan kekayaan, dengan kekuasaan, dll. Kita yang mengasihi Tuhan juga tidak perlu lagi kuatir, karena Tuhan juga pasti memperhitungkan kita sebagai orang-orang yang berhak untuk menerima berkat.

Sekali lagi, berkat bukan jadi alasan kenapa kita memberi kepada Tuhan. Jika kita memberi, berilah karena kita mencintai-Nya.

Bapa, terima kasih untuk segala berkat yang telah kuterima dari-Mu, semuanya lebih dari yang layak untuk kuterima karena aku tahu aku tidak akan kekurangan selama aku di dalam-Mu. Aku mau belajar untuk memberikan yang terbaik, Bapa. Ajarku memiliki hati yang tulus dan rela. Dalam nama Tuhan Yesus, Amin.

Tetapi berkatalah raja Daud kepada Ornan: “Bukan begitu, melainkan aku mau memberlinya dengan harga penuh, sebab aku tidak mau mengambil miikmu untuk TUHAN dan tidak mau mempersembahkan korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa.”
1 Taw. 21:24

0 komentar:

Post a Comment

 

Copyright © Renungan Harian Maranatha Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger