Setiap
kali saya gajian, inilah ritual yang akan saya lakukan. Saya akan mengapit uang
itu di antara kedua tangan saya, menutup mata, dan kemudian berdoa, “Tuhan,
terima kasih untuk gajiku bulan ini. Tolong berkati uang ini. Berikan hamba
kemampuan untuk mengelolanya dengan baik agar uang ini cukup untuk kami dan
jadi berkat buat kami.”
Untuk
sebagian orang, termasuk saya, uang adalah sesuatu yang perlu, bahkan wajib untuk
diserahkan kepada Tuhan. Kenapa? Karena tanpa hikmat Tuhan, seseorang tidak
akan dapat mengelola uang yang dimilikinya dengan baik dan benar.
Kata
orang, “Uang adalah hamba yang baik, tetapi ia juga tuan yang sangat jahat.” Jika
kita bijak dan tahu apa yang menjadi kebutuhan kita, prioritas kita, kita akan
memiliki kesanggupan untuk “menundukkan” uang. Kita tidak akan jajan
berlebihan, tidak akan shopping berlebihan, dan uang yang mengalir keluar akan
bermuara di tempat/pos kebutuhan yang benar. Akan tetapi, jika kita lebih
menuruti keinginan, lebih dari pada kebutuhan, maka kita akan kehilangan
kontrol atas uang. Selalu saja ada barang yang sebenarnya tidak perlu, tapi
tetap kita beli; yang kita butuhkan malah tidak terbeli. Kita ikut-ikutan gaya
hidup “lebih” dari teman atau kelompok yang pendapatannya lebih besar dari
kita. Alhasil, besar pasak dari pada tiang, besar hutang dari pada piutang!
Saya
salut dengan beberapa anak yang saya layani. Mereka masih SD, tapi mereka sudah
mengerti bagaimana cara mengatur uang yang baik. Setiap kali kami mengadakan
acara keluar, kami akan mengumumkannya beberapa minggu atau bulan kepada
anak-anak. Nah, beberapa dari mereka akan menabung dengan menyisihkan sebagian
atau seluruh uang jajan mereka agar di hari H-nya mereka bisa jajan tapi tidak
perlu meminta uang saku lagi kepada orang tua. Mereka juga akan menabung keras
demi mendapatkan barang yang mereka butuhkan, seperti tas sekolah, sepatu
sekolah, baju, dll. Mereka adalah teladan-teladan kecil bagi saya yang
seringkali pemikirannya “lebih kecil” dari usia mereka.
Firman
Tuhan menuliskan, “Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Tuhan
ingin agar kita menaruh hati kita dengan cara yang benar. Tuhan ingin agar kita
tidak dikuasai oleh keinginan daging dan harta duniawi. Karena itulah Dia juga
mengajar kita untuk memberi persembahan “yang terbaik”, karena dengan demikian,
kita juga sementara mengumpulkan harta sorgawi, dan otomatis, hati kita juga
ada bersama “harta sorgawi” kita.
Mari
kita belajar menyerahkan uang kita kepada Tuhan, agar uang itu menjadi berkat,
dan bukan menjadi bencana.
Tuhan,
berkatilah setiap sen uang yang Engkau percayakan kepadaku. Berikan aku hikmat
untuk mengelola uang itu, agar jadi berkat buatku, sesamaku, terlebih Engkau.
Terima kasih, Tuhan Yesus. Amin.
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa
yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan
membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”
Ibr. 13:5
0 komentar:
Post a Comment