Adi
senang sekali menerima hadiah sepeda baru dari ayahnya. Sayangnya, ia belum
bisa mengendarainya. Tapi ayahnya berjanji akan menemani Adi belajar sepeda
sampai ia bisa.
“Sekarang,
coba duduk dengan tegak dan dapatkan keseimbangannya, biar ndak oleng ke kanan
dan ke kiri,” kata sang ayah.
“Tapi
Yah, pegangi ya,” kata Adi dengan sedikit gelisah.
“Ya,
pasti ayah pegangi. Ayo, sudah seimbang ndak ini? Kalau sudah, salah satu kaki
naik ke pedal, kita coba kayuh pelan-pelan ya,” jawab sang ayah dengan sabar.
Adi
berusaha menuruti apa yang dikatakan ayahnya. Ia memegang kedua stang sepeda
erat-erat, meletakkan kaki kanannya ke atas pedal sementara kaki kirinya masih
menginjak tanah untuk menahan tubuhnya. Dan, mulailah ia mengayuh.
Salah
satu tangan ayah Adi memegangi stang sepeda, membantunya agar tidak oleng ke
kanan dan ke kiri, sedangkan tangan satunya memegangi bagian belakang sepeda.
Adi berusaha mencari irama kayuhannya dan berusaha agar tetap menyetir dengan
lurus.
“Nah,
ayo terus kayuh, jaga arahnya, lurus ke depan. Bagus! Teruskan. Sekarang, ayah
lepas pegangan ayah ya, Adi terus saja,” kata ayah.
Tapi
begitu ayah Adi melepas pegangannya, Adi begitu ketakutan. “Ayah!!” katanya.
Akhirnya iapun oleng dan jatuh.
“Kamu
ndak apa-apa, Adi? Sini ayah bantu berdiri, “ ayah datang dan membantu Adi.
“Ndak
apa-apa kok, Yah,” jawab Adi.
“Kalau
gitu kita coba lagi, seperti tadi, tapi ayah pegangi dari belakang ya,” kata
ayah.
Adi
menurut saja. Ia tidak perlu merasa kuatir karena ayahnya menjaganya dari
belakang. Maka, ia mulai mengayuh sepedanya sambil sesekali menoleh ke
belakang. Ia mulai mendapatkan irama kayuhannya, dan akhirnya ia bisa
bersepeda.
“Ayah!
Aku sudah bisa bersepeda. Ayah lihat kan? Jangan dilepas dulu ya, Yah,” seru
Adi sambil menoleh ke belakang.
Namun,
tanpa ia ketahui, ternyata sang ayah sudah tidak lagi di belakangnya. Sadar
bahwa ayahnya tidak memegangi sepedanya, Adipun kehilangan kontrol dan
kemudian, jatuh. Sang ayah yang memperhatikan dari jauh kemudian berlari
menghampirinya, membantunya berdiri.
“Kenapa
kamu jatuh begitu melihat ayah tidak ada di belakangmu, Adi? Ayah kan tidak ke
mana-mana. Ayah tetap memperhatikan kamu dari kejauhan.”
Note:
Tanpa
kita sadari, Bapa selalu ada dan memperhatikan kita. Kita mungkin berpikir
bahwa kita sendirian, tapi tidak, Bapa selalu memperhatikan dan akan menolong
kita saat kita membutuhkan bantuan. Yang perlu kita lakukan adalah percaya
bahwa Ia selalu hadir di setiap masa dalam kehidupan kita, bahkan pada
masa-masa tersulit sekalipun. Jadi, percayalah!
0 komentar:
Post a Comment