“Semoga
panjang umur, ...” adalah ucapan atau doa yang sering dilontarkan kepada mereka
yang berulang tahun. Namun, kalau ada yang bertanya kepada Anda, apakah Anda
ingin panjang umur?
Kebanyakan
orang akan mengiyakan bahwa, mereka ingin panjang umur, hidup sampai
benar-benar lanjut usia, apalagi selalu sehat, apa-apa tercukupi... itu mah harapan semua orang. Tapi, tahukah
Anda bahwa naluri manusia untuk hidup kekal itu alamiah?
Mari
kita mengingat kejadian di mana Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa karena mereka
ingin menjadi seperti Allah; ingin memperoleh pengertian seperti-Nya, dan ingin
hidup selama-lamanya seperti Dia. Keinginan (untuk kekekalan) ini sudah ada
pada kita sejak kita diciptakan, karena kita diciptakan serupa dan segambar
dengan Allah, Allah yang kekal, Allah yang hidup selama-lamanya. (Pengk. 3:11)
Insting
akan kekekalan ini adalah tanda bahwa kita tidak berasal dari dunia, dan bahwa
dunia bukanlah tempat yang kita harap-harapkan untuk ditinggali “selamanya”.
Seberapa besarpun kebahagiaan kita di dunia, tidak akan pernah membendung
naluri alamiah kita akan kekekalan.
Nah,
kalau sekarang kita sudah tahu bahwa ada kehidupan kekal yang menunggu kita,
apakah kita akan fokus pada hidup yang sekarang saja (keluarga, pendidikan,
pekerjaan)? Ataukah kita perlu mempersiapkan diri dengan hal-hal yang berkaitan
dengan kekekalan (Tuhan, pekerjaan-Nya, panggilan-Nya)?
Seperti
seseorang yang tahu bahwa besok ia harus pergi ke luar kota, ia akan
menyelesaikan tugas-tugasnya di sini, mengemas baju dan semua peralatan yang
kira-kira dibutuhkannya, dan berpamitan kepada orang-orang terdekat. Nah, jika kita
tahu kalau besok Allah akan memanggil kita kembali ke sorga, apa yang akan kita
persiapkan untuk hari besar itu? Apakah kita akan diam seharian di rumah, atau
kita akan berdoa syafaat untuk mereka yang membutuhkan Tuhan, mengunjungi
mereka yang terhilang dan mengingatkan mereka akan kasih setia Tuhan, melakukan
yang terbaik dalam segala tugas yang dipercayakan pada kita, meminta ampun
kepada Tuhan atas segala dosa dan salah kita, semakin mendekatkan diri
kepada-Nya dan melayani Dia? Jawaban kita adalah jawaban yang seharusnya kita
lakukan setiap hari, seolah-olah besok kita tidak lagi ada di dunia ini.
Tuhan,
terima kasih untuk waktu yang masih Engkau berikan untukku boleh ada di dunia
ini. Ampuni aku yang seringkali menyia-nyiakan waktu ini. Berikanku hati yang
bijak, sikap yang bijak, agar waktu-waktu yang Engkau berikan dapat kugunakan
untuk hal-hal yang bersifat kekal. Tuhan, kuserahkan hidupku ke dalam
tangan-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus, Amin.
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk
melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya
kita hidup di dalamnya.
Efesus 2:10
0 komentar:
Post a Comment