June 12, 2013

TEMPAT UNTUK PULANG


Sore itu, saya memencet-mencet tombol remote control, mencari-cari tayangan yang kira-kira menarik. Tanpa diduga, progam berhenti di acara drama tv korea. "Wah, ini sih program kesukaan teman saya," pikir saya. Di situ, sebuah adegan menunjukkan seorang anak muda sedang memberikan bekal buatannya sendiri kepada seorang gadis yang akan pergi menginap dengan teman-teman klubnya. Dengan wajah lembut, ia berkata kepada gadis itu, "Aku akan selalu jadi tempat untukmu pulang. Sejauh apapun kau pergi, kau akan selalu bisa pulang ke rumah. Aku akan jadi rumahmu." Hiks... romantis dan mengharukan sekali. Sekalipun saya tidak begitu tahu apa maksudnya, dan sekalipun gadis itu hanya sedang ikut camp di kampusnya (bukannya pergi jauh ke satu tempat), tapi kata-kata itu entah kenapa masih teringat di kepala saya.

Tempat untuk pulang. Rumah. Apakah kita semua punya rumah yang akan selalu jadi tempat untuk kita pulang? Anda pasti memahami maksud pertanyaan saya, namun yang dimaksud dengan rumah di situ bukan hanya gedung atau bangunan (house), namun juga suasana (home). Kita bisa saja mempunyai "house" tapi belum tentu kita punya "home". Lho, kok bisa? Dalam rumah yang adalah "house", jika kita tidak akur ataupun memiliki ikatan kasih sayang dengan penghuni lainnya, maka itu bukanlah "home" kita. Rumah seharusnya menjadi tempat di mana cinta, kebersamaan, dan rasa saling menghormati selalu hadir di antara mereka yang tinggal di dalamnya. Tidak peduli apakah mereka keluarga sedarah atau bukan, asalkan ada rasa "itu", maka itulah rumah.

Yesus bersedia menjadi rumah kita, tempat ke mana kita bisa selalu pulang. Jika kita ingin melihat bangunan rumah kita, kita bisa mengundang-Nya masuk dalam keluarga kita dan mengizinkan-Nya menebarkan kasih sayang di sana. Asalkan ada Yesus, di situlah rumah kita, tempat untuk kita bisa pulang.

Sekarang, tidak peduli bagaimanapun situasi kita, jangan ragu untuk mengundang Yesus masuk dan menemani. Ia akan mendengarkan isi hati kita dan Ia akan selalu siap mengulurkan tangan untuk memegang hidup kita. Jika Anda membutuhkan "rumah", Anda dapat berdoa bersama kami sekarang.

Bapa, terima kasih sudah bersedia menjadi Bapaku. Aku datang dan meminta agar Engkau masuk serta tinggal dalam hidupku. Aku tidak sempurna, Bapa; keluargaku juga, tapi aku benar-benar ingin Engkau ada dalam hidup kami. Jadikan keluargaku rumah yang indah, tentram, dan penuh cinta. Tinggallah selalu agar aku tahu apa itu rumah, apa itu keluarga, yang sebenarnya. Terima kasih, Bapa, karena sudah mendengarkan doaku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.

dan Aku akan membawa mereka pulang, supaya mereka diam di tengah-tengah Yerusalem. Maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka dalam kesetiaan dan kebenaran.
Zakharia 8:8

0 komentar:

Post a Comment

 

Copyright © Renungan Harian Maranatha Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger