July 03, 2013

BELAJAR DARI KRITIKAN


Pernahkah Anda dikritik? Saya pernah, beberapa kali malah. Mulai dari kritikan halus, dengan bahasa yang nyaman di hati dan telinga, sampai kepada kritikan yang nylekit, puedesnya minta ampun baik di hati maupun di telinga, di depan banyak orang lagi. Lalu, apa yang terjadi setelah itu?

Menerima kritikan bukanlah hal yang mudah. Bagaimanapun kita bersiap diri terhadap sebuat kritikan, tetap saja, seolah ada irisan luka di hidup kita, besar atau kecil. Bagaimana sikap kita saat menerimanya? Salah satu hal yang ingin diketahui seorang kritikus adalah reaksi kita saat menerima kritikan. Ia pasti ingin tahu bagaimana kita bersikap untuk menanggapinya. Entah kritikan itu benar atau dibuat-buat, entah tujuannya untuk menasihati, menegur, atau mencela, entah kritikan itu berasal dari atasan, rekan sekerja, atau bawahan kita, yang pasti ada hal baik yang Tuhan ingin kita pelajari darinya.

Ketika kita dikritik, jangan sampai kita emosi, lalu membatah atau melawan balik. Kenapa? Tuhan Yesus ingin kita belajar sabar dan menahan diri. Selain itu, Ia pasti ingin kita mendengar terlebih dahulu isi dari kritikan itu, apakah itu akibat dari kesalahan atau kekurangan kita, atau bagaimana? Yang pasti, dengarlah dahulu baik-baik, dengan tidak terburu emosi. Dalam kondisi kepala dingin, kita akan lebih sering melihat bahwa kritikan itu sebagian benar, dan bahwa ada hal-hal yang perlu kita perbaiki di kemudian hari. Kalaupun kita merasa itu tidak benar dan kita merasa dituduh, tetaplah tenang karena kita punya Tuhan yang tidak tuli ataupun tidur. Sebaliknya, dalam keadaan emosional, situasi yang mungkin akan lebih panas; kita tidak mendapat apapun untuk dipelajari kecuali pandangan yang lebih buruk tentang kita.

Kalau kita merasa kita bukan orang yang sabaran, mintalah kepada Tuhan untuk memberikan kita kemampuan untuk menahan emosi. Dengan belajar untuk menerima kritikan, kita akan melihat bahwa Tuhan sedang membentuk kita untuk menjadi orang yang lebih baik di hadapan-Nya. Ia melatih kita untuk bersabar dan menguasai diri lewat situasi semacam ini. Selain itu, Ia juga melatih kita untuk menjadi hamba yang benar-benar berhati hamba. Bukankah dalam pelayanan kita disebut sebagai pelayan? Jadi, anggaplah kritikan itu sebagai bentuk kedisiplinan Allah, Majikan Besar kita. Intinya, ada pelajaran besar di balik setiap kritikan yang kita terima. Nah, sekarang, bersediakah kita dikritik?

Bapa, ampunilah aku yang seringkali tidak mau mendengar kritikan. Berikanlah aku hati dan telinga seorang hamba dalam segala situasi yang harus kuhadapi. Saat aku berdoa kepada-Mu, "Bentuklah aku," maka seharusnya aku tahu bahwa kritikan adalah salah satu cara-Mu untuk membentukku. Bapa, sekali lagi, jangan pernah tinggalkan aku karena aku sungguh memerlukan-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.

Jikalau si pencemooh kaupukul, barulah orang yang tak berpengalaman menjadi bijak, jikalau orang yang berpengertian ditegur, ia menjadi insaf.
Amsal 19:25

1 komentar:

 

Copyright © Renungan Harian Maranatha Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger