July 15, 2013

HIDUP UNTUK MEMBERI


Siapa di antara kita yang tidak senang jika menerima sesuatu yang baik? Saya rasa tidak ada orang yang akan menolak pemberian yang baik. Di sinilah nikmatnya menerima, kita bisa memperoleh sesuatu tanpa perlu banyak usaha. Akan tetapi, apakah ini bisa disebut seimbang? Kalau ada siang dan malam, ada cerah dan hujan, ada tangis dan tawa, berarti ada menerima dan ada?

Memberi adalah penyeimbang yang tepat untuk kata "menerima", hanya saja prakteknya terkadang lebih alot dari sekedar menerima. Kenapa demikian? Ketika kita menerima, kita merasa pundi-pundi kita bertambah; kita senang dong! Sebaliknya, saat kita memberi, kita terkadang merasa ada yang hilang atau berkurang dari pihak kita. Selain itu, memberi seringkali menuntut kita untuk mengorbankan sesuatu, entah itu tenaga, waktu, pikiran, uang, dll. Jadi, tidak heran jika lebih banyak orang yang lebih suka menerima dari pada memberi.

Jika kita belajar dari Paulus, kita justru akan banyak belajar tentang memberi. Kalau orang lain menginginkan pengakuan, ketenaran, kemakmuran, atau harta dari kehidupan, maka Paulus lebih suka hidupnya digunakan untuk Kristus. Kekayaan dan kenyamanan hidup tidak berarti bagi Paulus jika ia tidak menyelesaikan tugas pelayanan yang dipercayakan kepadanya. Luar biasa, bukan? Di saat dunia mengejar kenyamanan, Paulus justru memilih jalan yang tidak mudah, yaitu melayani Tuhan.

Kita orang Kristen tidak dilarang untuk bekerja keras dan menerima hak kita, yaitu hidup yang lebih nyaman, lebih baik. Akan tetapi, jangan lupa bahwa hidup kita tidak sebatas di dunia ini saja. Allah ingin kita memberi untuk Dia, untuk kehidupan yang sesungguhnya, untuk kekekalan. Jadi, jangan menjadi orang Kristen yang lupa dengan tujuan kita di dunia, yaitu untuk memberitakan tentang Allah yang telah menebus kita dan untuk memberkati dunia dengan kehadiran kita.

Bapa, terima kasih untuk firman-Mu yang mengingatkanku tentang arti sesungguhnya dari hidup, yaitu untuk memberi. Pimpinlah aku untuk memberi hidup ini bagi-Mu dan sesamaku, ya Bapa, dan tidak melulu memikirkan kepentingan diri sendiri. Di dalam nama Tuhan Yesus, Allah dari hati yang suka memberi, Amin.

Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.
Kisah Para Rasul 20:24

0 komentar:

Post a Comment

 

Copyright © Renungan Harian Maranatha Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger