Pisau bisa menjadi alat untuk memotong yang luar biasa berguna. Kita bisa menggunakannya untuk memotong buah, sayuran, daging, ikan, daan membuat satu masakan yang lezat dan mengenyangkan. Kita juga bisa menggunakannya untuk memotong kertas, plastik, dan masih banyak lagi. Akan tetapi, sebaliknya, pisau juga bisa menjadi alat yang luar biasa berbahaya. Orang bisa menggunakannya untuk menyakiti, melukai, mengancam, bahkan menghilangkan nyawa orang lain. Bak sebuah ironi, satu benda yang sama dapat bermanfaat sekaligus melukai.
Di tangan yang baik, pisau berguna untuk melakukan dan menghasilkan hal yang baik. Namun di tangan yang salah, pisau dapat digunakan untuk mencelakai dan melukai orang lain. Intinya, barang yang sama di tangan orang dengan maksud yang berbeda dapat membuahkan akibat yang berbeda pula. Jika kita adalah pisau itu, di tangan siapakah kita ingin dipegang dan digunakan?
Layaknya perumpamaan tentang pisau di atas, kita pasti ingin berada di tangan yang baik, yang akan melakukan dan menghasilkan hal-hal yang baik dan berguna. Kita tidak ingin keberadaan kita hanya akan menyakiti dan menimbulkan kehancuran pada orang lain, bukan? Dan sekarang, ada dua pilihan di hadapan kita, pihak iblis dan pihak Tuhan. Jika kita ingin hasil yang baik, maka pihak Tuhanlah yang harus kita pilih.
Di tangan Tuhan, hidup kita pasti menjadi hidup yang berguna, karena kita tahu, Ia tidak akan mungkin memakai kita untuk hal-hal yang salah. Berbeda dengan pisau itu, kita bisa memilih dan memutuskan, apakah kita mau dipakai oleh-Nya atau tidak. Sekarang, tentukan, di tangan siapa hidup kita ingin dipengang?
Bapa di surga, ini aku, ini hidupku di hadapan-Mu. Aku ingin dipegang oleh-Mu, digunakan untuk hal-hal berguna dan besar menurut rencana-Mu. Pakailah aku Bapa, pakailah hidupku. Aku tidak ingin salah jalan, aku tidak ingin berada di tangan lain selain tangan-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.
Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.
Mazmur 127:4