April 03, 2013

KARENA KAMI KRISTEN


Pagi-pagi, Pak Deni sudah ditelpon oleh salah satu anak asuhnya, Kiki. Anak remaja itu mengadu bahwa pagi itu ia tidak diizinkan ikut ujian karena dianggap belum melunasi pembayaran. Pak Deni yang menerima kabar itu naik pitam. Ia yang selama ini membantu Kiki untuk mengurus biaya sekolah yakin benar bahwa anak asuhnya itu sudah membayar tagihan sekolah dan berhak untuk ikut ujian.

Pak Deni pun berangkat menuju sekolah Kiki dengan penuh keyakinan; tentu saja, karena ia punya bukti pembayaran pelunasan milik anak asuhnya itu. Di sekolah, ia dipertemukan dengan seorang wanita di bagian keuangan. Ia langsung menanyakan kenapa Kiki tidak dapat mengikuti ujian, dan kenapa sekolah dengan komputerisasi sebaik itu tidak dapat menemukan data bahwa Kiki sudah melunasi pembayaran. Sayangnya, wanita itu tetap saja kekeh dengan pendapatnya. Ia sebelumnya bahkan sudah meminta Kiki untuk membuat surat pernyataan dari walinya, plus materai, tapi tetap saja, setelah surat itu dibuat, Kiki masih belum dapat mengikuti ujian.

Dari kondisi ini, Pak Deni pun melihat bagaimana anak asuhnya dipermainkan dan dilempar ke sana ke mari demi mengurus ujian. Ia sangat menyesalkan bagaimana sebuah sekolah seolah tidak punya hati kepada anak yang kurang mampu seperti Kiki, terlebih karena ia kristen. Di hadapannya, ia menyaksikan bagaimana seorang anak Tuhan yang ingin menempuh ilmu justru dipersulit.

Sekalipun akhinya masalah itu terpecahkan karena terbukti bahwa Kiki sudah melunasi pembayaran, dan pihak sekolah meminta maaf kepada Kiki dan Pak Deni, tapi sungguh sangat disayangkan bagaimana birokrasi sebuah sekolah terhadap anak-anak yang ingin belajar, apalagi kalau mereka kristen.

Saya dan teman saya juga pernah mengalami situasi sulit yang hampir sama. Kami "diincar" dan diawasi karena kami kristen. Kami tidak terlalu dianggap serius karena kami kristen. Birokrasi kami diperumit karena kami kristen. Hal yang seolah sudah biasa bagi kita, dan mungkin bagi Anda juga, dianggap nomor yang kesekian karena Anda kristen.

Tapi kita tidak perlu heran lagi atas masalah-masalah seperti ini, karena demikianlah yang sudah dituliskan tentang keberadaan kita. Alkitab menuliskan bahwa karena kita tidak berasal dari dunia, maka dunia membenci kita. Karena kita selalu diawasi dalam setiap gerak-gerik kita, maka satu kesalahan kecil saja akan menjadi besar karena keberadaan kita. Jadi, jangan membayangkan bahwa menjadi kristen itu enak; akan selalu ada kuasa yang berusaha menghambat dan menghalau kita, yang tidak akan pernah membiarkan kita untuk duduk tenang dan merasa bahagia. Karena itulah firman Tuhan juga mengingatkan kita untuk selalu berjaga-jaga dan penuh Roh, supaya saat hal-hal sulit itu tiba, kita tetap kuat dalam hati dan iman kita.

Jadilah terang dan garam dunia. Tunjukkan kepada semua orang bahwa Anda adalah seorang kristen sejati. Senantiasa hidup dalam doa dan berjaga-jagalah, supaya iblis tidak mengambil celah dan akhirnya menjatuhkan Anda. Karena sedikit kesalahan saja, akan dibesar-besarkan oleh ia atau mereka yang menolak kekristenan. Dan jangan Anda merasa takut atau sendiri, karena Yesus sudah mengalami hal-hal yang pernah dan akan Anda alami, termasuk semua penolakan dan rancangan jahat itu. Pada akhirnya, ambillah suatu keputusan untuk bangga menjadi seorang kristen, yang mau mengampuni.

Bapa kami di sorga, terima kasih untuk segala yang terjadi. Ampunilah orang-orang yang membenci dan mencoba melukai kami, dan ajarlah kami untuk mengampuni dan mengasihi mereka seperti yang Kaulakukan kepada kami. Terima kasih, Bapa, telah memilih kami untuk dipanggil kristen, dan untuk mengalami proses sebagai orang kristen sejati. Kami butuh kasih karunia-Mu, Bapa. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.

Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga;
Lukas 6:22-23b

0 komentar:

Post a Comment

 

Copyright © Renungan Harian Maranatha Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger