March 27, 2013

BUKAN BERARTI HARUS SAMA


Hari ini saya dan teman-teman berlatih dance. Wuih... benar-benar perjuangan yang luar biasa. Kok bisa? Masalahnya ini adalah pertama kalinya saya ikut dance atau semi-dance. Bermodal pengalaman nari tradisional, saya nekat saja ikut dance. Hasilnya, jangan ditanya, he he... kacau. Saya berusaha memberikan gerakan yang tegas dan mantap seperti teman saya, tapi tidak bisa. Gerakan saya cenderung kalem, lemah gemulai. Untungnya, teman-teman mau menerima saya apa adanya. Mereka bilang, "Bersama bukan berarti harus sama, kan?" (seperti iklan rokok saja).

Tapi benar juga: Bersama bukan berarti harus sama! Saya bisa saja punya keinginan untuk bisa seperti teman saya yang jago ngedance, tapi saya tidak akan pernah bisa seperti dia. Kami punya latar belakang dan kemampuan yang berbeda, dan itu sangat mempengaruhi hasil latihan kami berdua. Sekalipun demikian, saya masih bisa mengompakkan gerakan saya dengan teman saya, meski gerakannnya ya ala saya sendiri.

Seringkali kita ingin menjadi seperti orang lain: Rambutnya bagus, wajahnya keren, jago matematika, mahir bermain alat musik, punya mobil, bisa beli ini itu... ini tidaklah salah, tapi kita harus ingat, kita adalah kita, mereka adalah mereka. Tuhan menciptakan kita dengan kemampuan, berkat, dan jalan hidup yang berbeda. Jadi, kita tidak perlu iri atau memaksa untuk menjadi seperti orang lain. Kita dapat hidup dengan "ala kita", sebagaimana Tuhan sudah menentukannya bagi kita.

Warna-warni kehidupan adalah keindahan yang Tuhan berikan kepada kita. Dari sekian banyaknya orang yang hidup di dunia, tidak ada satu orangpun yang sama persis, semuanya berbeda. (Bayangkan saja kalau semua orang di dunia punya wajah yang sama, kehidupan yang sama... sungguh membosankan pastinya.) Yang indah adalah, ketika kita bisa menghargai perbedaan itu, hidup di dalamnya, dan menjadikannya kekayaan dalam setiap napas dan gerak kita.

Tidak perlu memaksa diri untuk hidup seperti orang lain, juga tidak perlu takut untuk berbeda, karena Tuhan sudah mempersiapkan hal-hal terbaik dan berbeda, sebagaimana untuk mereka, juga untuk kita.

Tuhan Yesus, terima kasih untuk keberadaanku. Terima kasih sudah menciptakanku sebagaimana adanya diriku sekarang. Aku tidak akan takut untuk memiliki warnaku sendiri. Di dalam nama Tuhan Yesus, Amin.

Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman?
1 Kor. 12:17

0 komentar:

Post a Comment

 

Copyright © Renungan Harian Maranatha Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger