August 06, 2013

MURAH HATI DALAM PUJIAN


Saya sejujurnya bukan tipe orang yang senang memuji. Meskipun ada teman atau kenalan yang berpenampilan menarik (cantik/ganteng) atau berhasil dalam hal tertentu, saya mungkin hanya akan menyampiakan pujian yang sifatnya umum dan terkesan "kurang tulus". Tapi berbeda dengan teman saya. Seumur-umur, baru pertama kali ini saya bertemu seseorang seperti dia; seorang yang sederhana, baik, suka menolong, dan sangat tulus. Setiap kata termasuk pujian yang keluar dari mulutnya seolah tanpa kesan dibuat-buat, ditambah dengan ekspresi wajah dan tubuhnya yang secara alami memberikan tanda "aku turut berbahagia dan berdoa untuk keberhasilanmu." Apakah Saudara pernah bertemu seseorang yang demikian?

Kalau orang lain seringkali memuji ala kadarnya, lalu berebut menceritakan keberhasilannya sendiri, teman saya justru sebaliknya. Selain pendengar yang baik, ia juga tidak pernah pelit atau irit dalam hal pujian. Ia bahkan berharap orang yang dipujinya semakin sukses, bukan karena ketenaran atau uang, tetapi karena ilmu dan pengalaman yang diperoleh. Ia tidak pernah lupa pada mimpi dan harapan yang pernah orang lain ceritakan kepadaya, bahkan ia turut mendoakannya. Lihat... teman yang sangat berharga bukan?

Ketulusan hati menjadi semakin jarang di dunia ini, karena itulah saya bersyukur bisa bertemu dan mengenal orang seperti teman saya yang satu ini. Dari dia saya belajar banyak, terlebih tentang ketulusan dan tidak menahan-nahan pujian kepada orang lain. Dari dia saya belajar bahwa menyenangkan orang lain lewat pujian bukanlah suatu kesalahan atau kerugia, bahwa kebahagiaan orang lain akan melipatgandakan kebahagiaan saya juga.

Apakah Saudara juga orang yang suka menahan-nahan pujian? Jika ya, mari kita bersama-sama belajar kepada Yesus. Ia adalah yang Allah yang tidak ragu untuk memuji. Melihat anak-anak kecil, Ia tidak enggan untuk menjadikan ketulusan dan kepasrahan mereka sebagai contoh bagi murid-murid. Melihat seorang janda miskin yang dua pesernya, Ia tidak ragu memuji iman dan kasihnya kepada Allah di hadapan para murid. Bertemu seorang panglima asing, Ia tidak segan memuji imannya. Ia adalah Allah yang tidak pelit dalam pujian. Jadi, kenapa kita susah untuk memberikan pujian atau bahkan lebih suka untuk dipuji?

Bapa, aku bersyukur punya Allah yang tulus seperti-Mu, Engkau sungguh luar biasa. Berikan aku hati yang tulus seperti-Mu, yang tidak menahan-nahan pujian dan merasa bahagia atas keberhasilan orang lain. Ampuni aku yang masih egois, yang seringkali tidak mau kalah saing. Di dalam nama Tuhan Yesus, Allah yang Mahatulus, Amin.

dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
Filipi 2:3

0 komentar:

Post a Comment

 

Copyright © Renungan Harian Maranatha Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger