February 13, 2013

AKU INGIN MEMBERI




Seorang hamba Tuhan sementara menikmati sore yang indah di depan gerejanya. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat seorang lelaki kumal mengais-ngais sampah di samping gerejanya.

Hamba Tuhan ini memperhatikan lelaki kumal itu, hingga kemudian datanglah seorang bapak tua yang sudah lama menjadi anggota gerejanya dan bekerja sebagai tukang sampah di daerah itu hendak mengangkut sampah. Bapak tua yang juga melihat lelaki kumal tadi tanpa ragu, mendekatinya, mengeluarkan beberapa lembar uang yang nilainya cukup banyak, dan memberikannya kepada lelaki itu, sambil mengucapkan beberapa kata yang tidak dapat didengar hamba Tuhan tadi.

Hamba Tuhan ini merasa sedikit heran, kenapa bapak tua ini begitu mudahnya memberikan uang kepada orang yang tidak dikenalnya. Saking besarnya rasa ingin tahunya, ia mendekati bapak ini dan bertanya, “Pak, kenapa Bapak mudah sekali memberikan uang Bapak kepada orang itu, padahal Bapak tidak mengenalnya? Kami saja di gereja harus rapat dulu jika kami ingin memberikan sesuatu kepada orang-orang di sekitar sini. Kami juga harus mendata siapa yang berhak menerima pemberian kami supaya pemberian itu tidak salah sasaran dan tidak disalahgunakan. Apa Bapak tidak takut kalau pemberian Bapak itu nanti dipakai untuk minum-minum atau semacamnya?”

Bapak tua ini menyimak apa yang disampaikan oleh pendetanya, dan kemudian menjawab, “Ketika melihat laki-laki kumal itu, hati saya tergerak oleh belas kasihan. Saya tidak dapat menyangkal dorongan dalam hati saya untuk memberikan uang kepadanya. Saya hanya merasa digerakkan untuk memberi. Saya berpikir, ‘Mungkin saja laki-laki itu anak dari seorang ibu, atau suami dari seorang istri, atau ayah dari seorang anak, yang sedang menantinya pulang membawa makanan.’ Saya tidak tahu uang itu akan digunakan untuk apa, yang pasti saya sudah memberi seperti hati nurani saya meminta saya untuk memberi. Seperti yang saya katakan kepadanya, ‘Semoga uang ini bermanfaat untuk Bapak. Tuhan memberkati.’”

Note:
Saya tahu kita diberi hikmat untuk mempertimbangkan segala sesuatu, termasuk ketika kita hendak memberi. Kita berpikir, “Kalau saya memberi uang kepada mereka (anak-anak pengamen misalnya), itu berarti saya tidak mendidik mereka. Mereka bisa kesenengan karena dapat uang, dan beli barang yang ‘aneh-aneh’.”

Hal ini tidaklah salah. Tapi, kita tidak dapat selalu mencari alasan untuk tidak memberi, apalagi jika Tuhan mendorong kita untuk memberi. Kita hanya bisa berdoa bahwa Tuhan akan bekerja melalui pemberian kita, bahwa Ia akan memberkati mereka yang menerima pemberian kita. Jadi, berilah jika Tuhan ingin kita memberi.

0 komentar:

Post a Comment

 

Copyright © Renungan Harian Maranatha Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger