February 16, 2013

SELALU ADA



Adi senang sekali menerima hadiah sepeda baru dari ayahnya. Sayangnya, ia belum bisa mengendarainya. Tapi ayahnya berjanji akan menemani Adi belajar sepeda sampai ia bisa.

“Sekarang, coba duduk dengan tegak dan dapatkan keseimbangannya, biar ndak oleng ke kanan dan ke kiri,” kata sang ayah.
“Tapi Yah, pegangi ya,” kata Adi dengan sedikit gelisah.
“Ya, pasti ayah pegangi. Ayo, sudah seimbang ndak ini? Kalau sudah, salah satu kaki naik ke pedal, kita coba kayuh pelan-pelan ya,” jawab sang ayah dengan sabar.

Adi berusaha menuruti apa yang dikatakan ayahnya. Ia memegang kedua stang sepeda erat-erat, meletakkan kaki kanannya ke atas pedal sementara kaki kirinya masih menginjak tanah untuk menahan tubuhnya. Dan, mulailah ia mengayuh.

Salah satu tangan ayah Adi memegangi stang sepeda, membantunya agar tidak oleng ke kanan dan ke kiri, sedangkan tangan satunya memegangi bagian belakang sepeda. Adi berusaha mencari irama kayuhannya dan berusaha agar tetap menyetir dengan lurus.

“Nah, ayo terus kayuh, jaga arahnya, lurus ke depan. Bagus! Teruskan. Sekarang, ayah lepas pegangan ayah ya, Adi terus saja,” kata ayah.

Tapi begitu ayah Adi melepas pegangannya, Adi begitu ketakutan. “Ayah!!” katanya. Akhirnya iapun oleng dan jatuh.

“Kamu ndak apa-apa, Adi? Sini ayah bantu berdiri, “ ayah datang dan membantu Adi.
“Ndak apa-apa kok, Yah,” jawab Adi.
“Kalau gitu kita coba lagi, seperti tadi, tapi ayah pegangi dari belakang ya,” kata ayah.

Adi menurut saja. Ia tidak perlu merasa kuatir karena ayahnya menjaganya dari belakang. Maka, ia mulai mengayuh sepedanya sambil sesekali menoleh ke belakang. Ia mulai mendapatkan irama kayuhannya, dan akhirnya ia bisa bersepeda.

“Ayah! Aku sudah bisa bersepeda. Ayah lihat kan? Jangan dilepas dulu ya, Yah,” seru Adi sambil menoleh ke belakang.

Namun, tanpa ia ketahui, ternyata sang ayah sudah tidak lagi di belakangnya. Sadar bahwa ayahnya tidak memegangi sepedanya, Adipun kehilangan kontrol dan kemudian, jatuh. Sang ayah yang memperhatikan dari jauh kemudian berlari menghampirinya, membantunya berdiri.

“Kenapa kamu jatuh begitu melihat ayah tidak ada di belakangmu, Adi? Ayah kan tidak ke mana-mana. Ayah tetap memperhatikan kamu dari kejauhan.”

Note:
Tanpa kita sadari, Bapa selalu ada dan memperhatikan kita. Kita mungkin berpikir bahwa kita sendirian, tapi tidak, Bapa selalu memperhatikan dan akan menolong kita saat kita membutuhkan bantuan. Yang perlu kita lakukan adalah percaya bahwa Ia selalu hadir di setiap masa dalam kehidupan kita, bahkan pada masa-masa tersulit sekalipun. Jadi, percayalah!

0 komentar:

Post a Comment

 

Copyright © Renungan Harian Maranatha Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger