February 08, 2013

UNTUK KEKEKALAN



“Semoga panjang umur, ...” adalah ucapan atau doa yang sering dilontarkan kepada mereka yang berulang tahun. Namun, kalau ada yang bertanya kepada Anda, apakah Anda ingin panjang umur?

Kebanyakan orang akan mengiyakan bahwa, mereka ingin panjang umur, hidup sampai benar-benar lanjut usia, apalagi selalu sehat, apa-apa tercukupi... itu mah harapan semua orang. Tapi, tahukah Anda bahwa naluri manusia untuk hidup kekal itu alamiah?

Mari kita mengingat kejadian di mana Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa karena mereka ingin menjadi seperti Allah; ingin memperoleh pengertian seperti-Nya, dan ingin hidup selama-lamanya seperti Dia. Keinginan (untuk kekekalan) ini sudah ada pada kita sejak kita diciptakan, karena kita diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, Allah yang kekal, Allah yang hidup selama-lamanya. (Pengk. 3:11)

Insting akan kekekalan ini adalah tanda bahwa kita tidak berasal dari dunia, dan bahwa dunia bukanlah tempat yang kita harap-harapkan untuk ditinggali “selamanya”. Seberapa besarpun kebahagiaan kita di dunia, tidak akan pernah membendung naluri alamiah kita akan kekekalan.

Nah, kalau sekarang kita sudah tahu bahwa ada kehidupan kekal yang menunggu kita, apakah kita akan fokus pada hidup yang sekarang saja (keluarga, pendidikan, pekerjaan)? Ataukah kita perlu mempersiapkan diri dengan hal-hal yang berkaitan dengan kekekalan (Tuhan, pekerjaan-Nya, panggilan-Nya)?

Seperti seseorang yang tahu bahwa besok ia harus pergi ke luar kota, ia akan menyelesaikan tugas-tugasnya di sini, mengemas baju dan semua peralatan yang kira-kira dibutuhkannya, dan berpamitan kepada orang-orang terdekat. Nah, jika kita tahu kalau besok Allah akan memanggil kita kembali ke sorga, apa yang akan kita persiapkan untuk hari besar itu? Apakah kita akan diam seharian di rumah, atau kita akan berdoa syafaat untuk mereka yang membutuhkan Tuhan, mengunjungi mereka yang terhilang dan mengingatkan mereka akan kasih setia Tuhan, melakukan yang terbaik dalam segala tugas yang dipercayakan pada kita, meminta ampun kepada Tuhan atas segala dosa dan salah kita, semakin mendekatkan diri kepada-Nya dan melayani Dia? Jawaban kita adalah jawaban yang seharusnya kita lakukan setiap hari, seolah-olah besok kita tidak lagi ada di dunia ini.

Tuhan, terima kasih untuk waktu yang masih Engkau berikan untukku boleh ada di dunia ini. Ampuni aku yang seringkali menyia-nyiakan waktu ini. Berikanku hati yang bijak, sikap yang bijak, agar waktu-waktu yang Engkau berikan dapat kugunakan untuk hal-hal yang bersifat kekal. Tuhan, kuserahkan hidupku ke dalam tangan-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus, Amin.

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Efesus 2:10

0 komentar:

Post a Comment

 

Copyright © Renungan Harian Maranatha Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger